Image  

Pameran Arkeologi Dorong Masyarakat Peduli Benda Peninggalan di Papua

Pelajar dan masyarakat mengunjungi pameran Arkeologi yang digelar di Saga Mall Abepura, 5-7 Desember 2019. (foto: Ignas Doy)
banner 468x60

Oleh:  Ignas Doy |

PAPUAinside.com, JAYAPURA—Balai Arkeologi Papua menggelar  Pameran Arkeologi  pada 5-7 Desember 2019 di Saga Mall, Abepura. Pameran arkeologi yang termasuk kegiatan langka di Kota Jayapura ini  ramai dikunjungi pelbagai lapisan masyarakat, termasuk pelajar di Kota Jayapura.

banner 336x280

Peneliti Balai Arkeologi Papua Adi Dian Setiawan, ketika ditanya PAPUAinside. com, di sela-sela  pameran, Jumat (6/12) mengatakan, pameran arkeologi Papua ini dalam rangka mensosialisasikan hasil- hasil penelitian arkeologi  selama ini,  terutama di wilayah Papua dan Papua Barat.

“Yang kita pamerkan saat ini kebanyakan dari Papua, tapi juga dari Papua Barat,” katanya.

Dari Provinsi Papua, ujarnya, pihaknya menonjolkan situs megalitik Tutari, yang berlokasi di Doyo Lama, Kabupaten Jayapura. Situs megalitik Tutari adalah lukisan-lukisan yang digoreskan diatas batu,  berupa gambar atau motif-motif ikan dan manusia.

“Lukisan Tutari menggambarkan hasil bumi di Danau Sentani, Kabupaten Jayapura, yang mereka refleksikan dalam lukisan diatas batu,” ujarnya.

Dikatakannya, ada juga Situs Yope dari Desa Dondai, Distrik Waibu, Kabupaten Jayapura, yang merupakan hasil penelitian dari Peneliti Balai Arkeologi Papua Hari Suroto.  “Situs Yope masuk 6 besar sebagai penelitian terbaik di Indonesia tahun 2019,” katanya.

Kemudian Tamako Batu merupakan kapak batu berbahan batuan kloritoid digunakan masyarakat Sentani, sebagai mas kawin dan pembayaran kepala berasal dari Ormu, Kabupaten Jayapura. Situs Yope merupakan hasil penelitian tahun 2009.

Ia juga mengharapkan pameran arkeologi ini mendorong masyarakat Papua, khususnya untuk peduli terhadap benda- benda peninggalan generasi lalu.

“Kita jangan merusaknya, tapi bagaimana kita bisa melestarikannya, bahkan bisa mempelajarinya,  sehingga budaya yang sudah ditinggalkan oleh nenek moyang kita tak hilang atau punah begitu saja. Tapi bisa diceritakan lagi kepada anak cucu berikutnya,” terangnya.

Sementara itu, pelajar SMPN 2 Jayapura Alotrius Benaster Ondi yang ditemui di lokasi pameran arkeologi mengatakan, ia dan kawan-kawanya datang ke pameran arkeologi, untuk melihat sejarah Papua.

“Kita harus mengembangkan nilai -nilai sosial dan budaya yang telah diwariskan oleh nenek moyang kita, agar  kita bisa tahu kalau pernah ada kehidupan nenek moyang kita,” ungkapnya. **

banner 336x280