Oleh: Vina Rumbewas |
Papuainside.com, Wamena— Hari pertama masuk sekolah di SMA Negeri I Wamena diwarnai dengan kegiatan membersihkan ruangan kelas dan lingkungan sekolah.
SMAN I Wamena merupakan salah satu sekolah yang terdampak kerusuhan 23 September 2019 lalu. Dalam kerusuhan tersebut tercatat 33 orang meninggal dunia, 76 orang luka berat, 234 mobil, 150 motor, 465 ruko, 165 rumah semuanya dibakar.
Dari 947 Siswa yang terdaftar di sekolah tersebut, baru 200 siswa yang kembali ke sekolah, sementara guru baru 34 orang yang datang mengajar dari 52 guru yang terdaftar.
“Proses belajar mengajar memang belum berjalan sepenuhnya, kita masih merapikan kelas dan membersihkan sekolah,” ungkap Kepala Sekolah Yosep Suryo Wibisono, Senin (09/10)
Selain bersih-bersih ruang kelas dan halaman sekolah, juga akan dilakukan trauma healing bagi para siswa dan guru untuk membangkitkan motivasi siswa dan guru.
Ia juga memastikan setelah dibukanya sekolah di hari ini maka pihak sekolah akan memulai PBM untuk mempersiapkan siswa-siswi menghadapi ujian semester pada November nanti.
Sedangkan Ujian Tengah Semester (UTS) tidak sempat dilaksanakan pihak sekolah, karena waktunya bersamaan dengan peristiwa rusuh dua minggu lalu.
“UTS terpaksa tidak bisa kami laksanakan karena sudah lewat, jadi kami hanya fokus pada persiapan pemulihan sekolah dan persiapan ujian semester. Yang jelas semester ini tidak akan seselektif waktu lalu,” jelasnya.
“Bagi guru yang masih di luar Wamena saya imbau agar kembali ke sekolah,” pintanya.
Diakuinya memang banyak guru yang masih trauma karena kejadian berawal dari sekolah, sehingga hal tersebut yang membuat trauma.
Ia juga mengatakan jika akibat peristiwa itu banyak murid yang meminta surat pindah dan penitipan.
“Ada siswa yang sudah minta penitipan dan ada juga yang mau pindah tapi penyampaian melalui telpon, tetapi secara resmi kami belum terbitkan surat,” bebernya.
Sementara Bupati Jayawijaya Jhon Richard Banua menyampaikan terimakasih kepada para guru karena sebagian besar sekolah mulai kembali dibuka.
“Memang murid belum semuanya masuk tetapi saya sampaikan terimakasih kepada para guru dan anak-anak sekolah karena sudah masuk sekolah kembali untuk membersihkan sekolah,” ungkapnya.
Terkait penempatan aparat untuk melakukan pengamaman disetuap sekolah yang ada bupati meminta agar aparat tidak tampil dengan menggunakan seragam, hal tersebut untuk menghindari trauma anak-anak.
“Untuk pengamanan sekolah saya minta aparat untuk tidak tampil dengan pakaian dinas di sekolah-sekolah, jangan sampai mereka (anak sekolah) masih trauma,” jelasnya.
Menurutnya, sebagian besar anak-anak mulai percaya diri untuk kembali ke sekolah sehingga rasa nyaman ini harus dijaga. **