Oleh: Nethy DS |
Jayapura, papuainside.com | Mengenakan blouse batik motif Papua warna kuning dipadukan celana jeans warna biru dan sepatu flats, seorang perempuan berambut pendek berada di antara peserta seminar International AIDS Conference yang berlangsung di Hotel Horison Kotaraja Jayapura, Papua, Rabu (31/8).
Sepintas tidak ada yang istimewa dari penampilannya, dan juga tidak ada kesan yang menggambarkan kalau perempuan asal Merauke itu adalah ODHA. Dia kelihatan luwes, tidak terlihat minder atau kaku dalam bersikap karena statusnya.
Juga, saat diwawancara jurnalis, dia tanpa rasa malu atau sungkan menceriterakan perihal statusnya sebagai ODHA dan pekerjaannya sebagai resepsionis di Yayasan Santo Antonius (Yasanto) Merauke.
Yanti Korida Kaimu (31) terinfeksi HIV sejak usia 19 tahun pada tahun 2005. Sebelum diketahui mengidap virus HIV melalui test, dia menderita penyakit TB yang parah. ‘’Saya drop akibat sakit TB,’’ jelasnya kepada wartawan di Jayapura, Rabu (31/7).
Setelah mengetahui dirinya mengidap HIV, Yanti kemudian masuk ke Sanggar ODHA di Yasanto untuk pengobatan dan pendampingan. Pengobatan dilakukan dengan minum ARV (Anti Retro Virus) sampai saat ini. ‘’Awalnya penyakit TB saya diobati, setelah sembuh kemudian saya rutin minum ARV sampai saat ini, setiap jam 8 pagi dan jam 8 malam, saya minum ARV sejak tahun 2006,’’ jelasnya.
Memiliki sikap yang luwes dan perasaan yang bebas dari rasa terintimidasi karena statusnya sebagai ODHA membutuhkan proses yang lama dan panjang serta pendampingan terus menerus.
‘’Di Yasanto ODHA diajar mandiri, para pendamping memotivasi kita untuk tidak minder dan mengajar kita bersikap terbuka, karena jika kita terbuka akan memudahkan pengobatan sebaliknya jika kita tertutup maka sulit juga untuk pengobatan,’’ jelasnya.
Kemandirian yang diajarkan di Yasanto yaitu bisa bekerja yang hasilnya dijual untuk kebutuhan ekonomi keluarga. ‘’Kami diajar berkebun, hasil kebun seperti sayur lalu dijual. Kami diajar keterampilan membuat topi, kalung, gelang dan sebagainya, hasilnya pun dijual,’’ jelasnya.
Yanti sudah menikah dan memiliki satu orang anak usia 9 tahun. Meskipun ODHA namun anak dan suaminya tidak tertular virus HIV. ‘’Anak dan suami saya negative,’’ jelasnya.
Anak dan suami tidak tertular virus karena Yanti mengikuti saran dokter dan pendamping di Yasanto. ‘’Saya terus berkonsultasi dan dokter saat ingin hamil. Dokter di Pokja HIV RSUD Merauke memberitahu cara berhubungan yang membuat suami tidak tertular. Dan saat melahirkan saya dicesar,’’ jelasnya.
Dalam berhubungan badan, Yanti dan suaminya tetap menggunakan kondom.
Yanti berpesan kepada sesama ODHA agar tidak patah semangat, hidup ini hanya sekali dan manfaatkan untuk kebaikan. ‘’Jangan merasa minder atau terkucil karena kita ODHA, mari berbuat yang baik dan tetap semangat.’’