Tetangga yang Penjual Keliling Es Ketan Hitam itu, Terduga Teroris

rumah kontrakan terduga teroris di Perumahan Grand Doyo, Sentani, Jayapura Papua. (foto: nethy ds)
banner 468x60

Oleh: Nethy DS |

PAPUAinside.com, JAYAPURA— Warga di Jalur Sembilan Perumahan Grand Doyo, Sentani kaget saat sejumlah aparat dari Densus 88 berpakaian lengkap mendatangai rumah Pakde yang berada di ujung gang.

banner 336x280

Aparat lalu memasang line police dan melakukan pengggeledahan. Sejumlah benda dalam kantong plastic dibawa dari dalam rumah Pakde, termasuk laptop.

Tidak ada yang tahu Pakde sekeluarga sedang beraktifitas apa dalam rumahnya saat didatangi petugas.

‘’Kami hanya kenal sebagai Pakde, setiap hari berkeliing julaan es ketan hitam dan kacang merah, tidak ada yang tahu namanya, hanya nama anaknya saja Salsa yang tetangga tahu,’’ terang Niko Ruruk tetangga Pakde.

Pakde bersama anak istrinya sudah setahun lebih tinggal di jalur sembilan, sebelumnya tinggal di jalur delapan di perumahan yang sama. ‘’Saat berada di Jalur 8 Pakde jualan ayam grepek, setelah pindah ke sini dia jualan es,’’ lanjutnya.

Pakde mengajar anak-anak di kompleks pengajian.

Pakde termasuk ramah ke tetangga, sering bertegur sapa dan tersenyum, hanya saja tidak ada tetangga yang datang ke rumahnya karena pintu pagar selalu tertutup. ‘’Anak-anak kalau mengaji juga pagar tetap ditutup,’’ lanjut Niko.

Rumah terduga teroris di beri garis polisi. (foto: nethy ds)

Pakde tinggal bersama istri dan anaknya. Istrinya membuka jasa penjahitan. ‘’Saya dulu sering ke rumahnya untuk permak baju, potong celana jeans,’’ ujar Ibu Ina.

Pengamatan beberapa tetangga tidak ada yang aneh dari kehidupan Pakde sekeluarga.

Pakde juga sering kedatangan tamu, yang paling sering bertamu adalah tukang sol sepatu dan penjual ayam.

Namun Ance, tetangga yang tinggal bersebelahan dengan Pakde sejak Juli 2019 lalu melihat keanehan Pakde.

‘’Kelihatan gelisah dan susah tidur, tiap malam hanya mondar- mandir di depan rumah, kadang duduk di ujung sana kadang di sini. Pernah saya pulang jam dua pagi, ee Om masih duduk-dudk sendiri di luar,’’ jelasnya.

Ance juga menangkap kesan Pakde sekeluarga selalu waspada. ‘’ Saya pernah titip motor di teras rumahnya karena rumah kami belum dipagar sementara banyak kasus pencurian motor. Saat saya masuk mereka cepat-cepat tutup pintu dan hanya bilang ya… taruh saja motornya. Saya jadi heran apakah ada sesuatu di saya yang mereka rasa takut,’’ ujar Ance.

Saat Idul Fitri keluarga ini juga menutup pintu rumahnya. ‘’Padahal sebagai tetangga kami mau kasih ucapan selamat tetapi pintu pagar tertutup, dan orangnya ada dalam rumah. Jadinya kita tidak ke sana,’’ ujar Ibu Ina.

Ny Andi Trikora, istri dari ketua RT setempat melihat Pakde tersebut aneh, karena sebagai guru Mengaji malah melarang beberapa kebiasaan dalam agama Islam, seperi tidak boleh peringati Maulid. ‘’Anak saya bilang Mama kenapa guru ngaji bilang tidak boleh peringati Maulid, saya bilang tidak usah dengar Nak, dengar Mama dan Bapak saja. Sudah banyak orang tua yang melarang anak-anaknya mengaji di Pakde tetapi saya tetap suruh anak saya ngaji di sana,’’ jelasnya.

Sejak tinggak di kompleks tersebut, Pakde yang juga biasa dipanggil Penjual es tidak pernah melapor ke Ketua RT setempat. ‘’Kita tidak tahu namanya sampai sekarang karena tidak pernah melapor ke RT, hanya nama anaknya saja yang dikenal,’’ ujarnya.

Penangkapan tersebut membuat warga kaget. ‘’Selama ini kita hanya tahu aparat melakukan penangkapan teroris melalui televisi, tetapi sekarang ini ternyata nyata dan kita saksikan sendiri di dekat rumah lagi, Jadi kita sangat kaget,’’ jelasnya. **

banner 336x280