Kepulangan WNA dari Papua Didukung President GIDI

President Gereja Injili Di Indonesia (GIDI) Pdt. Dorman Wandikbo, saat memimpin ibadah dan dihadiri para misionaris di salah-satu tempat di Papua. (Foto: Istimewa).

Oleh: Ignas Doy I

PAPUAInside.com, JAYAPURA—Sebanyak 47 Warga Negara Asing (WNA) dievakuasi dari Papua menggunakan pesawat sewa atau carter Air Asia menuju Jakarta dari Bandara Sentani, Kabupaten Jayapura, Kamis (23/04/2020).

Ke-47 WNA  yang dievakuasi dari Papua, terdiri dari  35 warga Amerika Serikat (AS), 10 warga Korea Selatan (Korsel) dan 2 warga Jepang, yang tersebar di seluruh Papua baik di pantai maupun daerah pedalaman Papua.

Mereka bekerja dalam bidang pelayanan keagamaan dan guru di wilayah pedalaman Papua.

Terkait hal itu, President Gereja Injili Di Indonesia (GIDI) Pdt. Dorman Wandikbo, saat  dikonfirmasi  di Sentani, Kabupaten Jayapura, Kamis (23/04/2020) menyampaikan rasa syukur kepada Tuhan, karena proses evakuasi WNA ke negaranya berlangsung aman, tertib dan lancar.

“Kami menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya  dan terima kasih, khususnya kepada pemerintah pusat dan daerah lebih khusus  Bapak Lukas Enembe selaku Gubernur Papua cepat respon surat dari pemerintah Amerika Serikat dan pemerintah Kanada, yang telah mengevakuasi WNA pulang ke negara-negaranya masing-masing,” ujar Dorman.

Ia pun menjelaskan diantara ke-47 WNA yang dievakusi dari Papua, kebanyakan dari misionaris GIDI yang selama ini bekerja sebagai misionaris GIDI di Papua.

Selain Amerika Serikat  dan Kanada, ungkapnya, para misionaris GIDI juga berasa dari Australia, Papua New Guinea (PNG) dan Republik Palau.

Misionaris GIDI itu tersebar di pos-pos penginjilan seperti di Wamena, kabupaten Puncak Jaya, pedalaman Yahukimo,  dan daerah Mamberamo.

Para misionaris bekerja sebagai konsultan, untuk terjemahan Al Kitab, fonologi bahasa, wastori, mengajar di sekolah -sekolah Theologi dan konsultan untuk Yayasan gereja dan lain lain.

Menurutnya, para misionaris sudah menyampaikan lebih awal kepada GIDI, sebelum surat yang dikeluarkan Kedubes Amerika Serikat dan Kanada untuk pulang ke negaranya.

Untuk itu, tuturnya, pihaknya sebagai pimpinan mengijinkan para misionaris pulang sementara ke negaranya masing-masing.

Pertama, mereka punya Visa tinggal sudah habis dan mau perpanjang. Tapi  mereka  tak bisa pulang, karena  Bandara ditutup sementara, akbat pandemi Covid-19. Ini menjadi kendala dan persoalan berat bagi mereka.

Kedua, para misionaris ini membantu GIDI dalam pelayanan keagamaan di Papua. Seandainya mereka ada yang terpapar Covid-19. Lalu meninggal disini, maka eksekusi jenazah mereka  agak sedikit susah. Kalau kami orang Papua atau orang Indonesia tak apa –apa.  Tapi ini orang dari negara lain.

“Jadi mereka ini salah -satunya adalah mereka punya sistem melahirkan anak saja mereka harus ke Amerika, Kanada, Inggris dan lain-lain. Kemudian hal itu semua selalu terjadi, apalagi nyawa mereka karena itu  kepulangan ini adalah menjaga nama baik. Nama baik di negara maupun nama baik GIDI,” terangnya.

Karena itu, tuturnya,  jika suatu saat Covid-19 berakhir, maka mereka akan kembali ke Papua seperti biasa untuk melayani jemaat.

“Tapi ini pertolongan pertama. Kami gereja mendukung dan melihat ini adalah emergency. Jadi harus segera keluar Papua,” imbuhnya.

Ia mengatakan, sejumlah misionaris yang telah  pulang ke negaranya untuk mengurus perpanjangan visa, sebelum pandemi  Covid-19.

“Mereka ingin kembali ke Papua. Tapi saya  sudah menyurati mereka, agar tunggu sampai Covid-19 selesai,” katanya.

Kemudian Misionaris lain yang tidak ikut pulang tetap pada posisi pemberitahuan oleh GIDI sesuai keputusan Dinas Tenaga Kerja Provinsi Papua tentang tenaga kerja asing.

Sehari sebelumnya, Penjabat Sekda Papua Muhammad Ridwan Rumasukun mengatakan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Papua, menyetujui dan memberi ijin kepada Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) dan Kanada, untuk mengevakuasi warganya dari Papua, menggunakan pesawat sewa atau carter Air Asia dari Jayapura menuju Jakarta.

Pemulangan 47 WNA tersebut menindaklanjuti surat Duta Besar Amerika untuk Indonesia Heather Variava dan Duta Besar Kanada untuk Indonesia Cameron MacKay di Jakarta pada 21 April 2020.

Rumasukun menjelaskan, sejumlah warga AS selama ini tinggal di Papua, untuk misi pelayanan kemanusiaan, yakni dokter, dosen misionaris dan lain-lain.

“Warga negara AS dan Kanada itu pulang bukan hanya akibat penyebaran Covid-19. Tapi ada yang dipanggil pulang ke negaranya, karena masa tugas mereka telah berakhir atau untuk  perpanjang visa dan surat-surar penting lainnya,” ungkap Rumasukun. **