Oleh: Ignas Doy |
Papuainside.com, Sentani— Sehubungan adanya imbauan tentang doa dan puasa bagi pemulihan Tanah Papua dari Gubernur Papua Lukas Enembe, Persekutuan Gereja -Gereja di Tanah Papua (PGGP) menggelar Rapat Bersama dan Deklarasi Doa dan Puasa untuk Pemulihan Papua di Gereja GIDI Jemaat Polomo, STAKIN, Sentani, Kabupaten Jayapura, Rabu (26/9).
Turut hadir Pimpinan Wilayah/Majelis Daerah dan Keuskupan Gereja- Gereja di Papua.
Puncak Rapat Bersama dan Deklarasi Doa dan Puasa untuk Pemulihan Papua, yakni penyerahan jadwal doa dan puasa bersama seluruh denominasi Gereja di seluruh Tanah Papua oleh Ketua PGGP Pdt Lipius Biniluk, STh, kepada Presiden Gereja Injili di Indonesia (GIDI) Pdt Dorman Wandikbo, STh mewaili Pimpinan Wilayah/Majelis Daerah dan Keuskupan Gereja- Gereja di Papua.
Dorman Wandikbo mengatakan, pihaknya akan membagikan jadwal doa dan puasa kepada seluruh denominasi Gereja di seluruh Tanah Papua.
“Jadwal ini akan turun ke pimpinan- pimpinan masing masing denominasi Gereja, untuk dibagikan kepada jemaat. Semua bahan -bahan doa kita kasih turun di jemaat, untuk mereka berdoa,” ujarnya.
Dikatakannya, jadwal doa dan puasa dilaksanakan masing-masing denominasi gereja dari tanggal 1,2 dan 3 setiap bulan hingga Perayaan Injil Masuk di Tanah Papua ke- 165 tanggal 5 Pebruari 2020 mendatang.
Menurutnya, doa dan puasa untuk pemulihan di Papua akan diakhiri dengan ibadah akbar Kebaktian Kebangunan Rohani (KKR), sekaligus ibadah Perayaan Injil Masuk di Tanah Papua ke- 165 tanggal 5 Pebruari 2020 mendatang di Stadion Utama Papua Bangkit di Kampung Harapan, Distrik Sentani Timur, Kabupaten Jayapura.
Dikatakan maksud dan tujuan menggelar doa dan puasa, untuk pemulihan Papua, pasca sejumlah kerusuhan yang terjadi di Tanah Papua, pertama agar orang Papua harus berdiri diatas otoritas firman Tuhan. Kedua, orang Papua harus berdiri diatas otoritas doa dan puasa. Ketiga, orang Papua harus berdiri diatas otoritas pujian dan pengimanan. Keempat, orang Papua harus berdiri diatas otoritas sejarah.
Ia menjelaskan, semua orang yang tinggal disini, baik orang Papua maupun non Papua mesti belajar sejarah tentang Papua, supaya semua orang Papua tak dianggap separatis.
“Kami harus menjelaskan semua kepada umat, supaya menjadi doa. Kalau orang Papua berbicara tentang keadilan, membela kebenaran, melawan rasisisme dianggap separatis. Ini datangnya dari sejarah. Jadi siapapun yang hidup di Tanah Papua mestinya belajar sejarah Papua,” imbuhnya.
Ditegaskan kalau sudah ada pemulihan maka tidak boleh lagi ada pembunuhan di atas tanah ini.
“Kalau sudah ada pemulihan Papua, maka tak boleh lagi ada pembunuhan, kriminalitas dan orang Papua dianggap radikal di atas tanahnya sendiri. Semua orang yang datang ke Papua mereka merasakan tiga hal, yakni Papua tanah injil, tanah berkat dan tanah damai,” terangnya.
Selain itu, jelas Wandikbo, pihaknya juga sudah menyiapkan pengacara- pengacara khusus dari Lembaga Bantuan Hukum (LBH) untuk menangani peristiwa yang terjadi di daerah atau wilayah gereja, dimana ada jemaat yang ditembak mati atau ditangkap salah dan lain lain. ‘’Maka LBH akan turun cek kenapa jemaat ditangkap, dipukul dan dibunuh dan ķesalahanya dimana. Ini yang harus dilakukan sebagai suara gembala,’’ tegasnya. **