Oleh: Vina Rumbewas |
PAPUAInside.com. WAMENA – Ketua Asosiasi Bupati Sepegunungan Tengah Papua Befa Yigibalom, menduga kemungkinan ada kolusi untuk mengeluarkan surat hasil rapid test di Jayapura untuk penumpang tujuan Wamena.
Pasalnya dari hasil evaluasi asosiasi bupati sepeguteng, sejak dibukanya bandara pada 26 Mei 2020 lalu ditemukan adanya penumpang reaktif yang lolos hingga ke Bandara Wamena.

“Ditemukan sejumlah permasalahan, antara lain adanya orang yang dirapid tes di Jayapura non reaktif tapi sampai di bandara Wamena dia reaktif. Jadi asosiasi bupati dan pemda Jayawijaya kita mensinyalir orang yang mengambil rapid tes di Jayapura itu bisa dicurigai, dan itu mungkin jual beli,” ungkap Bupati Lanny Jaya, Befa Yigibalom, kepada wartawan usai pertemuan bersama bupati Jayawijaya bersama forkopimda di lantai 3 gedung Otonom, Wamena, Selasa (14/07/2020).
Dirinya juga meragukan proses rapid tes yang menurutnya kurang akurat jika hanya diambil sample darah dijari tangan.
“Saran dari para praktisi kesehatan di pegunungan bahwa rapid tes itu harus diambil di lengan gunakan spoid (jarum suntik) itu yang benar, kalau ambil di jari itu, mohon maaf kurang benar,” katanya.
Selain rapid tes, bupati Lanny Jaya dua periode ini juga juga menyoroti Standar Operasional Procedure (SOP) maskapai yang dinilainya tidak konsisten.
“Perusahaan penerbangan tidak konsisten dengan SOP yang telah dibuat oleh pemerintah, petugas tidak mengecek surat penumpang apakah yang bersangkutan reaktif atau tidak, jangan asal dinaikan ke Wamena. Di pesawat juga penumpang duduk berdampingan, tidak ada penyemprotan disinfektan di pesawat, mungkin dia sudah lama haus uang jadi tidak mau tau dengan kesehatan,” ucap Befa.
Dengan bertambahnya pasien positif Covid-19 di pegunungan tengah, yang mana kebanyakan dari mereka merupakan warga yang datang dari daerah terpapar. Hal ini diharapkan menjadi bahan evaluasi bagi semua pihak, untuk kembali berpegang pada SOP kesehatan yang digunakan, baik di lalulintas udara maupun darat. **