Oleh: Makawaru da Cunha I
PAPUAinside.id, BALIKPAPAN—Kunjungan wisata ke Ibu Kota Nusantara (IKN) Balikpapan-Samarinda di Provinsi Kalimantan Timur rasanya kurang seru, jika tak menyempatkan diri melihat dari dekat Rumah Cagar Budaya Dahor. Mengapa?
Kunjungan ke Rumah Cagar Budaya Dahor adalah rangkaian kegiatan Apresiasi Pertamina Patra Niaga Papua Maluku untuk Media Papua Maluku di Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) pada 31 Oktober-3 November 2024.
Turut hadir rekan media dari Jayapura, Sorong, Ambon dan Ternate.
Pada 3 November 2024, kami berkesempatan mengunjungi salah-satu destinasi wisata terbaik yang ditawarkan oleh kota Balikpapan untuk para wisatawan.
Rumah Cagar Budaya Dahor berlokasi di Jalan Dahor Nomor 1, Baru Ilir, Balikpapan Barat, Kota Balikpapan, Provinsi Kalimantan Timur.
Pengurus Rumah Cagar Budaya Dahor, Rudiansyah menyambut kami dengan ramah, hangat dan suka cita.
Ia menjelaskan, pada zaman penjajahan Belanda, rumah ini menjadi rumah dinas para pekerja kilang minyak yang didirikan Bataafsche Petroleum Matschappij (BPM) tahun 1920-an.
Rudiansyah menceritakan, Rumah Cagar Budaya Dahor mengadopsi arsitektur tradisional Suku Dayak dan Suku Banjar di Kalimantan. Seluruh bangunan didominasi warna hijau.
Surat perjanjian kerjasama pengolahan sumur minyak Balikpapan antara geolog asal Belanda Jacobus Hubertus Menten dengan Sultan Kutai Sultan Adji Muhammad Sulaiman dalam Bahasa Belanda dan Bahasa Arab Melayu pada 29 Agustus 1888 di Kota Samarinda. (Foto: Makawaru da Cunha/Papuanside.id)
Rumah ini dijadikan Rumah Cagar Budaya Dahor pada tahun 2016, untuk menelusuri jejak penemuan kilang minyak, sekaligus sejarah Kota Balikpapan.
Ia menjelaskan, Kota Balikpapan tumbuh berkembang, setelah ditemukan sumur minyak sepanjang 250 km oleh seorang geolog asal Belanda Jacobus Hubertus Menten pada 10 Pebruari 1897, yang kemudian diberi nama Sumur Minyak Matilda.
Dikatakan, atas izin Sultan Kutai Sultan Adji Muhammad Sulaiman, maka Jacobus Hubertus Menten, mulai mencari minyak di Balikpapan.
Jacobus Hubertus Menten ingin mengembangkan kilang minyak Balikpapan menjadi lebih luas dan besar, tapi terkendala biaya operasi.
Ia pun menghubungi Sir Marcus Samuel, investor dari Sheel perusahaan minyak dan gas asal Inggris-Belanda.
Alhasil, terjadi kerjasama antara Jacobus Hubertus Menten, Sultan Kutai Adji Muhammad Sulaiman dan Sir Marcus Samuel.
Perjanjian kerjasama ditandatangani dalam Bahasa Belanda dan Bahasa Arab Melayu, yang dilaksanakan di Kota Samarinda, 29 Agustus 1888 silam.
Dikatakan, Dahor adalah nama sebuah kampung di daerah Tabalong, Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) berjarak kurang lebih 250 km dari Balikpapan.
“Rumah cagar budaya Dahor ramai dikunjungi wisatawan dan menjadi cagar budaya paling populer di Balikpapan dan Kaltim,” tandas Rudiansyah.
Area Manager Communication Relation & CSR Pertamina Patra Niaga Regional Papua Maluku, Edi Mangun, didampingi Pengurus Rumah Cagar Budaya Dahor, Rudiansyah menunjuk buku Jejak Sumur Minyak dan Sejarah Kota Balikpapan di Rumah Cagar Budaya Dahor. (Foto: Makawaru da Cunha/Papuanside.id)
Sementara itu, Area Manager Communication Relation & CSR Pertamina Patra Niaga Regional Papua Maluku, Edi Mangun mengatakan pihaknya mengajak rekan media mengunjungi Rumah Cagar Budaya Dahor.
“Rumah Cagar Budaya Dahor menyampaikan pesan, agar generasi kita ke depan bisa menelusuri jejak penemuan kilang minyak dan sejarah kota Balikpapan,” imbuh Edi.
Jurnalis Papuainside.id Jayapura, Makawaru da Cunha mengatakan, kunjungan wisata ke Rumah Cagar Budaya Dahor memiliki manfaat ganda.
“Selain mengetahui jejak penemuan sumur minyak dan sejarah kota Balikpapan, kami juga bisa menambah wawasan, ternyata bangsa kita memiliki sumber daya alam yang melimpah, untuk kesejahteraan dan kemakmuran anak bangsa,” terang Makawaru.
Ia mengatakan, sumur minyak ini kemudian dikelola pemerintah Indonesia melalui PT Pertamina sebagai salah-satu BUMN terbesar di tanah air.
Jurnalis Radar Sorong, Norma Fauzia Muhammad mengaku takjub dan surprise, lantaran untuk pertama kali mengunjungi rumah cagar budaya Dahor.
“Saya awalnya hanya mendengar kota Balikpapan, tapi ternyata tempat ini merupakan wilayah yang memiliki kekayaan minyak terbesar di Indonesia,” tuturnya.
Fauzia berharap kedepan, Pertamina Patra Niaga Regional Papua Maluku lebih tangguh, ramah lingkungan dan karyawannya sehat, bahagia serta sukses selalu. **