Oleh: Vina Rumbewas|
PAPUAinside.com, WAMENA— Tercemarnya laut diperairan Madang Papua New Guinea, akibat tumpahan limbah dari tambang nikel, berdampak hingga ke Papua.
Hal tersebut menimbulkan keresahan warga yang menjadi takut untuk mengkonsumsi ikan laut yang mungkin saja terpapar mercuri dari limbah tersebut.
Untuk menjawab kekhawatiran warga, pemerintah Kabupaten Jayawijaya melalui Dinas Tenaga Kerja Perindustrian dan Perdagangan langsung melakukan pemantauan ke beberapa pasar di Wamena.
“Memang sudah ada laporan ke kami terkait pencemaran ini dan dari hasil pantauan kami ada kekhawatiran konsumen yang menyatakan untuk sementara tidak mengkonsumsi ikan laut,” ungkap Kepala Dinsnakerindag Jayawijaya melalui Kepala Bidang Perdagangan Arisman Chaniago, Selasa (19/11)
Meski demikian dari hasil pantauan aktifitas penjualan ikan di beberapa pasar masih normal, meski animo pembeli sedikit menurun. “Jadi sampai sekarang belum ada petunjuk dari provinsi, kami hanya dapatkan informasi ini dari media social. Namun kami akan pantau terus,” pungkas Arisman.
Sementara itu, dalam keterangan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Port Moresby menuliskan, Perdana Menteri James Marape membentuk tim independen yang mana tim masih terus melakukan penyelidikan khususnya terhadap sampel ikan yang mati.
Sepengetahuan KBRI bahwa larangan mengkonsumsi ikan masih sebatas di wilayah Madang. Bahkan untuk masyarakat yang bersebelahan dengan provinsi Madang yaitu provinsi Morobe, provinsi East Sepik dan provinsi West Sepik (yang berbatasan dengan provinsi Papua) sama sekali tidak ada himbauan dari pemerintah setempat yg melarang masyarakatnya untuk menkonsumsi ikan.
“Kita mengetahui jarak alur laut dari Madang ke Jayapura cukup jauh sehingga pencemaran diperkirakan tidak berdampak langsung ke wilayah perairan Indonesia. Jadi tidak perlu panik.
KBRI Port Moresby masih terus mengikuti perkembangan lebih lanjut hasil-hasil penyelidikan tim independen yg dibentuk pemerintah PNG ini,” bunyi keterangan tertulis tersebut. **