Theo Hesegem Usul Gubernur Papua Bentuk Tim Gabungan Ungkap Meninggalnya Tokoh Agama

Direktur Eksekutif Yayasan Keadilan dan Keutuhan Manusia Papua (Pembela HAM Sedunia) Theo Hesegem, didampingi dua Staf Kementerian Luar Negeri Jerman pada tanggal 30 Januari 2020 di Berlin. (Foto: Dok/Theo Hesegem)

Oleh: Makawaru da Cunha  I                       

PAPUAInside, com, JAYAPURA— Direktur Eksekutif  Yayasan Keadilan dan Keutuhan Manusia Papua (Pembela HAM Sedunia) Theo Hesegem, mengusulkan  kepada Gubernur Papua Lukas Enembe, segera membentuk Tim Gabungan, untuk mengungkap pelaku dugaan penembakan yang menyebabkan meninggalnya  Pendeta Yeremia Zanambani, serta serangkaian kasus pembunuhan yang terjadi di Kabupaten Intan Jaya sepekan terakhir ini.

Demikian disampaikan Theo Hesegem, ketika dikonfirmasi via ponsel, Senin (21/09/2020).

Diketahui, Pendeta Yeremia Zanambani ditemukan meninggal dunia di kampung Bomba, distrik Hitadipta, kabupaten Intan Jaya, Minggu (20/09/2020) pukul 14.40 WIT.

Theo mengatakan, kalau ada tim gabungan itu kerja jauh lebih efektif, dari pada propoganda, sehingga tim ini jadi tim independen, yang tidak berpihak kepada pihak TNI/Polri atau TPNPB/OPM.

“Tim ini betul-betul mengungkapkan kebenaran, kejujuran dan keadilan sehingga tidak merugikan keluarga korban,” terangnya.

Pertama, tim gabungan dibentuk oleh Gubernur Papua, dan mengeluarkan Surat Keputusan (SK) resmi oleh Gubernur. Dalam tim melibatkan semua pihak Komnas HAM Papua, LSM, Gereja, TNI, Polri dan pemerintah, termasuk MRP.

“Tim yang dimaksud sangat independen dan tidak berpihak kepada TNI/Polri dan TPNPB/ OPM,” tuturnya.

Kedua, kalau bentuk  tim masing-masing, maka akan terjadi saling menyalakan satu sama lain, akhirnya kasus ini tidak akan terungkap secara transparan.

Ketiga, saya membaca berita Polda Papua akan melakukan Olah TKP, dan itu adalah kewenangan mereka, tapi perlu diketahui Polda Papua sudah mengklaim bahwa penembakan itu dilakukan oleh KKB, maka masyarakat tidak akan percaya dengan tim yang dibentuk oleh Polda Papua.

Keempat, propoganda antara TNI dan TPNPB/OPM itu bukan hal yang baru, tapi  itu sudah biasa bagi mereka. Sedangkan yang korban adalah masyarakat sipil.

Kelima, semua pihak harus terbuka dan transparan mengungkapkan kasus yang dimaksud.

“Selama ini masing-masing kerja sendiri, sehingga sering menyalakan satu sama yang lain, untuk itu bentuk tim gabungan ini sangatlah penting,” tukasnya.

Propoganda ini, jelasnya, bukan sesuatu hal yang baru. Kalau kita bilang KKB yang menembak berarti sangat menyakitkan hati keluarga korban. Kemungkinan besar KKB itu mengetahui seorang pendeta yang dimaksud, mereka juga adalah bagian dari umatnya. Apalagi dia adalah pimpinan Gereja di Intan Jaya. **