Oleh: Faisal Narwawan|
PAPUAinside.com, JAYAPURA – Bank Indonesia Provinsi Papua menggelar Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI) dengan berbagai pihak baik pemangku kebijakan, swasta maupun pengusaha di Papua, Kamis (5/12/2019).
Kegiatan ini merupakan kegiatan rutin yang diakukan Bank Indonesia untuk menyampaikan pemikiran Bank Indonesia tentang kondisi perekonomian terkini, tantangan dan prospek ke depan, serta arah kebijakan Bank Indonesia.
Pada kegiatan ini Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Papua Naek Tigor Sinaga menjelaskan kondisi ekonomi dunia, nasional dan juga Provinsi Papua pada Tahun 2019 ini.
Hal penting yang disampaikan Naek Tigor Sinaga salah satunya adalah mengenai sistem keuangan di Papua.
Kata dia, stabilitas sistem keuangan di Papua saat ini masih relatif terjaga, meskipun terjadi penurunan.
“Kinerja keuangan sektor korporasi dan rumah tangga pada triwulan III 2019 vterjaga dengan baik dan menjadi penopang stabilitas keuangan daerah secara umum d Papua,” ungkapnya.
Secara garis besar disampaikan, indkator keuangan daerah di Provinsil Papua pada triwulan III 2019, menunjukkan kondsi sisem keuangan yang relatif aman.
Dengan melambatnya pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (0PK)sebesar 5,35 persen (joy/tahun ke tahun) dan percepatan pertumbuhan Kredit menjadi 12,94 persen (tahun ke tahun) menunjukan sinyal positif dari pelaku ekonomi di Provinsi Papua dalam rangka meningkatkan modal kerja investasi, maupun konsumsi pada awal semester II 2019. Sinyal positif juga ditunjukan dari
penurunan Non Performing Loan (NPL) dari triwulan sebelumnya sebesar 2,825 persen menjadi 2,71 persen pada triwulan III 2019.
Mengenai kondisi Perekonomian Papua, berkaca pada dinamika perekonomian yang telah terjadi sepanjang 2019 dan mempertimbangkan beberapa faktor yang potensi memberikan pengaruh pada perekonomian Papua secara keseluruhan.
Tahun 2019 pertumbuhan ekonomi Papua diperkirakan terkontraksi sebesar (-14,3-(-13,9) persen menurunkan dibandingkan dengan tahun 2018 sebesar 7,33 persen tahun ke tahun.
“Secara umum kontraksi ekonomi Papua pada tahun 2019 dipicu oleh penurunan produksi tambang secara signifikan akibat transisi pertambangan terbuka Grasberg di Kabupaten Mimika
ke tambang bawah tanah.
Di samping itu, kondisi cuaca yang kurang stabil menyebabkan produksi pertanian mengalami penurunan,” ujarnya lagi.
Ia juga menyarankan perlu adanya strategi untuk menghadapi kondisi ini.
Disampaikan, sinergi, transformasi dan inovasi yang baik adalah kunci dari hal tersebut.
“Sinergi bauran kebijakan makroekonomi dan sistem keuangan antara Pemerintah, Bank Indonesia, dan Otoritas Jasa Keuangan perlu kita perkuat untuk ketahanan ekonomi nasional. Bauran kebijakan makroekonomi dan sistem keuangan diprioritaskan untuk stabiltas, dengan
tetap mencari terbukanya ruang untuk turut mendorong momentum pertumbuhan,” jelasnya.
Sementara, trarsformasi ekonomi ditingkatkan agar pertumbuhan lebih tinggi.
“Sumber-sumber pertumbuhan dari dalam negeri harus terus kita kembangkan dan ekspor perlu terus kita dorong dengan mermpercepat hilirisasi untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing berbagai komoditas sumber daya alam,” tambahnya.
Selain itu, inovasi dalam ekonomi dan keuangan digital perlu juga dikembangkan. **