PAPUAInside.com, BINTUNI—(21/03/2022). Berada di wilayah pesisir, hampir sebagian besar masyarakat asli Papua yang tinggal di Distrik Babo Kabupaten Teluk Bintuni – Provinsi Papua Barat berprofesi sebagai nelayan. Hasil tangkapan yang menjadi potensi besar bagi para nelayan di sana ialah kepiting dan udang. Kampung Amutu adalah salah satu kampung nelayan yang berada di Distrik Babo. Tahun lalu, kampung ini dikunjungi langsung oleh Staff Khusus Presiden RI Billy Mambrasar yang juga CEO dari Yayasan Kitong Bisa, untuk melihat secara langsung aktivitas nelayan dan kegiatan usaha masyarakat di sana.
Beberapa waktu lalu, tepatnya dari tanggal 10 hingga 13 Maret 2022, Tim Kitong Bisa Indonesia turun langsung ke Kampung Amutu untuk melihat lokasi dan kegiatan para nelayan di sana dalam menangkap ikan dan penjualanya. Adapun kunjungan tersebut, merupakan bagian dari Permata Project yang tengah diselenggarakan oleh The Samdhana Institute dan Yayasan Kitong Bisa.
Adapun Program ini bermitra dengan Program Nelayan Milenial yang merupakan binaan Papua Muda Inspiratif bersama-sama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan di Provinsi Papua dan Papua Barat.
Program ini menargetkan peningkatan keterampilan dan pengetahuan individu, meningkatkan kualitas kelembagaan agar mampu membangun jejaring dan berkolaborasi dengan lintas stakeholders demi memenuhi pertumbuhan dan peningkatan ekonomi usaha dari kelompok-kelompok usaha masyarakat lokal. Termasuk di dalamnya adalah sektor usaha di bidang kelautan.
Salah satu kelompok nelayan kepiting aktif yang ditemui oleh tim lapangan ialah Kelompok Tidur Tak Sono. Nama unik dari kelompok ini jika diartikan ialah “tidur yang tidak tenang,” dikarenakan dalam mencari kepiting para nelayan menyesuaikan dengan pasang dan surutnya air.
Saat melakukan audiensi, tim berbincang dengan Hasmaludin Manuama, bendahara dari Kelompok Nelayan Tidur Tak Sono. Ia menjelaskan bahwa dalam satu bulan pendapatan tertinggi adalah di angka 80 juta rupiah dan terendah di angka 45 juta rupiah. Walau begitu, kelompok ini masih belum bisa berkembang karena minimnya kemampuan dalam mengatur keuangan.
“Pengeluaran dari hasil yang kami dapatkan masih lebih besar untuk kebutuhan sehari-hari para nelayan. Kami masih awam sekali dalam memaksimalkan hasil tangkapan kami. Jadi kepiting-kepiting kamu hanya dipasarkan di sekitaran Bintuni saja. Belum sampai keluar wilayah. Saya yakin, jika kepiting kami bisa dipasarkan di luar daerah atau diekspor, roda perekonomian di sini akan berputar lebih baik,” Ungkap Hasmaludin kepada tim Kitong Bisa.
Oleh sebab itu, Kampung Amutu menjadi salah satu target dari Permata Project untuk diberikan pelatihan dan pendampingan dalam mengembangkan kualitas warga asli dengan harapan akan berdampak dengan kemajuan usaha kepiting mereka. Selama tiga hari berturut-turut tim Kitong Bisa Indonesia menjalani aktivitas bersama dengan kelompok Nelayan dalam mencari kepiting.
Melalui Permata Project, para kelompok nelayan diberikan pelatihan manajemen pengembangan usaha. Mulai dari materi dasar keuangan, produk dan pengemasan, perizinan serta ilmu pemasaran.
Izzudin Arafah Irawan selaku Project Manager Permata Project mengungkapkan bahwa tim Kitong Bisa Indonesia sangat senang bisa terjun langsung ke lapangan untuk memberikan pendampingan dan pelatihan serta melihat sambutan antusias dari para peserta dan masyarakat lokal.
“Selama berinteraksi langsung dengan masyarakat lokal, tim kami disambut dengan sangat ramah. Semangat mereka ketika mengikuti pelatihan juga membuat suasana semakin seru. Terlebih, kami mengikuti aktivitas mereka. Sehingga kami dapat memberikan solusi yang tepat sesuai yang mereka butuhkan dalam mngembangkan usaha,” ungkap Izzudin.
Hasmaludin Manuama dari Kelompok Nelayan Tidur Tak Sono mengatakan, dari pelatihan ini para nelayan termasuk dirinya mempunyai pandangan-pandangan dalam pengembangan usaha. Seperti pembuatan tambak kepiting dan juga menanam sayur-sayuran di sektar tempat tabak tersebut. Ia juga menargetkan agar kepiting-kepiting dari kampung halamanya dapat tembus di pasar nasional juga diekspor ke mancanegara.
Proyek Permata ini didanai oleh Pemerintah Norwegia melalui Norad NICFI dan berada dalam tanggung jawab Yayasan Kitong Bisa Indonesia. Outcome yang diharapkan dari proyek ini, adalah peningkatan produksi dan konsumsi masyarakat lokal danpPenguatan kapasitas kelembagaan usaha masyarakat lokal baik di sektor UMKM maupun pertanian.
Kurang lebih 17 kelompok usaha lokal dan ratusan peserta di Kabupaten Teluk Bintuni Papua Barat dan Kabupaten Merakue Papua telah dibina dalam project ini. **