Petani Sota Perbatasan RI–PNG Ingin Vanili Lebih Bernilai

Petani vanili mengikuti kegiatan menoken bersama Mitra BUMMA, Yayasan M 3, Papua Paradise Center (PPC), dan Dewan Adat Suku (DAS) Namblong di Kampung Sota, Distrik Sota, Kabupaten Merauke, Papua Selatan, 1 September 2025 lalu. (Foto: Papuainside.id/Makawaru da Cunha)

Oleh: Makawaru da Cunha  I

PAPUAINSIDE.ID, SOTA—Vanili telah menjadi sumber penghidupan bagi petani di Sota, wilayah perbatasan Indonesia–Papua Nugini (PNG), yang sebagian besar ditempati Masyarakat adat Suku Kanum.

Namun, keterbatasan pengetahuan membuat hasil panen mereka belum optimal. Kini, mereka menggantungkan harapan pada pelatihan budidaya yang bisa membuka jalan menuju kesejahteraan.

Hal ini diungkapkan Engel Ndiken, salah satu petani vanili di Sota, dalam kegiatan menoken bersama Mitra BUMMA, Yayasan Menoken Membumi Membumma (3 M) dan Papua Paradide Center (PPC).

Kegiatan menoken berlangsung di Kampung Sota, Distrik Sota, Kabupaten Merauke, Papua Selatan, 1 September 2025.

Engel menjelaskan, hasil panen mereka kerap gagal pada tahap pengeringan, sehingga kualitas turun, berjamur, tak beraroma, dan sulit dipasarkan.

Engel menyebut, harga vanili kering bisa mencapai Rp 1,2 juta per kilogram. Namun tanpa proses pengeringan yang benar, produk petani hanya bernilai sekitar Rp 100 ribu per kilogram.
“Masalahnya ada di pengeringan, aroma tak keluar, bahkan berjamur. Kami belajar sendiri tanpa pelatihan, jadi hasilnya belum maksimal,” ujar Engel.

Staf Mitra BUMMA, Rezeki Sihite atau akrab disapa Jecky menambahkan, kunci kualitas vanili ada pada tahap pascapanen. Proses pengeringan memerlukan suhu stabil sekitar 60 derajat celsius, pemeraman teratur, serta paparan sinar matahari 40–60 persen. Jika salah penanganan, biji vanili tak akan mengeluarkan minyak alami dan aroma khasnya.

“Dari kebun sebenarnya bagus, tapi di proses pengeringan yang sering gagal. Harus ada sosialisasi cara yang benar,” kata Jecky.

Selain itu, Engel menekankan pentingnya menjaga kondisi kebun agar sesuai kebutuhan tanaman vanili. Tanaman tak boleh terlalu kering atau terlalu basah, dengan kelembapan yang bisa dijaga menggunakan bahan organik seperti sabut kelapa.

Ia mengungkapkan, masyarakat Suku Kanum di Sota kini sudah mulai serius mengembangkan vanili. Beberapa kelompok tani bahkan menanam ratusan bibit sejak beberapa tahun lalu, sebagian berasal dari bibit milik petani senior yang sebelumnya menanam di wilayah RI-PNG.
“Kami sudah mulai bergerak sejak lama, membuat kelompok-kelompok tani. Harapan kami ada pelatihan lanjutan, agar hasil panen bisa maksimal dan punya nilai jual tinggi,” tutur Engel.

Para petani berharap pemerintah maupun lembaga pendamping dapat memfasilitasi pelatihan dan pendampingan intensif, sehingga vanili dari perbatasan RI–PNG ini mampu bersaing di pasar dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal.

Kegiatan menoken tersebut turut dihadiri CEO Mitra BUMMA Ambrosius Ruwindrijarto, Lead Strategy Mitra BUMMA Abdon Nababan, Direktur Menoken Mitra BUMMA Yuniken Mayangsari, Direktur Yayasan M 3 Piter Roki Aloisius, Ketua PPC Marthen Ayub Luturmasse, Ketua Dewan Adat Suku (DAS) Namblong Bernard Demotekay.

Petani vanili mengikuti kegiatan menoken bersama Mitra BUMMA, Yayasan M 3, Papua Paradise Center (PPC), dan Dewan Adat Suku (DAS) Namblong di Kampung Sota, Distrik Sota, Kabupaten Merauke, Papua Selatan, 1 September 2025 lalu. (Foto: Papuainside.id/Makawaru da Cunha)

Pelatihan Budidaya Vanili di Pulau Jawa

Sebagai informasi, BUMMA PT Yombe Namblong Nggua bersama The Samdhana Institute dan Mitra BUMMA telah menyelenggarakan pelatihan budidaya vanili di beberapa lokasi di Pulau Jawa, antara lain di Pondok Tani, Desa Kebonrejo, Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, 24 November 2024, dan di Rumah Belajar Vanili Mbajing, Desa Pagerharjo, Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo, DIY, 25 November 2024.

Pelatihan tersebut mencakup budidaya di pekarangan rumah maupun green house, mulai dari teknik penyerbukan, penentuan jarak tanam, hingga seleksi buah, agar menghasilkan vanili berkualitas premium.

Kegiatan ini merupakan rangkaian program Menoken Kembali Mula Baku Belajar (November 2020–2024) di sejumlah lokasi di Jawa, seperti Magelang, Batang, Kulon Progo, dan Yogyakarta pada 24 November–2 Desember 2024.

Selain itu, BUMMA PT Yombe Namblong Nggua juga telah membangun rumah pengeringan vanili di Kampung Nimbokrangsari, Distrik Nimbokrang, Kabupaten Jayapura, Papua. Fasilitas tersebut diresmikan Sekda Jayapura Hana Hikoyabi pada 24 Agustus 2023.

Filosofi Menoken: Merawat Kehidupan

Kegiatan ini mengangkat tema dari filosofi Menoken, bagian dari program 3M yang menjadi semangat gerakan kolektif berbasis nilai-nilai lokal Papua.

Menoken terinspirasi dari tradisi noken, yakni tas anyaman khas Papua bermakna merajut solidaritas, membangun jejaring, dan menciptakan ruang kolaborasi antar-komunitas.

Nilai kasih kerahiman, kelenturan, keterbukaan, dan daya guna menjadi fondasi gerakan ini, yang kini mewarnai langkah besar Suku Kanum dalam memperjuangkan kedaulatan dan keberlanjutan hidup di tanah leluhur mereka. **

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *