Oleh: Nethy DS |
Papuainside.com, Jayapura – Arus pengungsi dari Wamena pasca rusuh 23 September 2019 lalu terus berdatangan ke Tongkonantangan ke Tongkonan Kotaraja, yang dijadikan Posko oleh IKT (Ikatan keluarga Toraja) di Jayapura.
Hingga Kamis (3/10) pukul 10.00 WIT pengungsi yang terdata di Tongkonan sebanyak 1806 jiwa, yang tinggal menginap sekitar 700 jiwa sementara lainnya menginap di rumah-rumah keluarga.
‘’Yang terdaftar di Tongkonan 1806 jiwa, tetapi semuanya tidak menginap di Tongkonan karena banyak yang menginap di rumah keluarganya di Kota Jayapura,’’ terang Ketua IKT Papua Ir Elias Paonganan, Kamis (3/10) di Tongkonan Kotaraja.
Jumlah ini, kata Paonganan akan terus bertambah karena pengungsi dari Wamena masih banyak yang berdatangan yang dievakuasi menggunakan Hercules milik TNI AU.
Dari 1806 jiwa yang terdaftar, sebanyak 194 jiwa sudah kembali ke Toraja menggunakan kapal laut dan juga Hercules yang tidak dipungut biaya.
Sementara 500 jiwa lainnya sudah mendaftar untuk dikembalikan ke Toraja. ‘’Selain 194 jiwa yang sudah kembali ke Toraja melalui IKT, banyak juga warga lainnya yang sudah kembali menggunakan biaya sendiri,’’ jelas Paonganan.
Para pengungsi yang berada di Tongkonan menempati ruangan besar yaitu aula yang sering digunakan sebagai tempat menggelar acara seperti resepsi pernikahan maupun ibadah dan tenda yang disumbangkan Dinas Sosial Provinsi Papua.
Kamis (3/10) rombongan Wakapolda Papua Brigjen Pol Y Marzuki mengunjungi Posko Tongkonan.
Wakapolda dalam kesempatan tersebut menjelaskan bahwa situasi dan kondisi di Wamena sudah kondusif, sehingga disarankan warga yang masih ada di pengungsian di Wamena tidak perlu keluar dari Wamena tetapi kembali melakukan aktifitas rutin sehari-hari.
Dalam kunjungan tersebut Wakapolda menyerahkan bantuan berupa sembako untuk menunjang ketersediaan makananan untuk pengungsi selama berada di Tongkonan.
Berbagai bantuan berdatangan ke Tongkonan dibawa oleh perorangan, lembaga pemerintah, lembaga swasta, BUMN, serta komunitas.
Ada yang membawa barang ada juga yang membawa uang tunai. ‘’Kami bawa uang tunai siapa tau uang cash bisa digunakan untuk membiaya kebutuhan mengurus pengungsi,’’ ujar Jeni Linthin yang menyerahkan sumbangan Rp 20 juta.
Untuk kebutuhan makan pengungsi, dibuka dapur umum yang dikelola oleh Ibu-Ibu IKT. ‘’Untuk memasak makanan bagi pengungsi, maka Ibu-Ibu IKT dibagi tugas, mulai dari IKT wilayah I sampai VI, memasak secara bergilir,’’ terang Ketua IKT Kota Jayapura Nobertus Banga’.
Kebutuhan air bersih dipasok Pertamina MOR VII dan Korem 172/PWY. **