Oleh: Nethy DS | PAPUAInside.com, JAYAPURA— Workshop membuat pembalut kain digelar di Jayapura untuk pertama kalinya yang merupakan rangkaian peringatan Hari Perempuan Internasional 2020, berlangsung 10-14 Maret 2020 di Aula P3W Padangbulan.
Workshop mengambil tema Perempuan Bantu Perempuan bertujuan mengajarkan cara membuat pembalut dari kain untuk selanjutnya diajarkan ke perempuan lain, lalu diajarkan lagi ke perempuan lainnya sehingga semakin banyak yang menggunakan pembalut dari kain.
Workshop terdiri dari dua sesi, hari pertama diisi materi pemahaman wanita tentang hak mendapatkan menstruasi yang sehat, yang dibawakan oleh Westianti Agustin dari Byung Indonesia, dan hari kedua belajar membuat pembalut kain yang diajarkan Mitha dari needleanbitch.
Menstruasi sehat menurut Ani sapaan akrab Westianti Agustin, artinya wanita berhak mengalami menstruasi secara bebas dan tidak merasa tertekan. ‘’Misalkan, kalau perempuan sedang marah atau kelihatan tidak semangat, sering ada yang bilang lagi mentruasi ya, kata-kata semacam sudah termasuk diskriminasi terhadap kondisi perempuan karena haid. Perempuan harus menikmati hak menstruasinya dengan bebas dan nyaman,’’ jelasnya.
Lalu, mengapa harus menggunakan pembalut kain, Ani mengatakan, pembalut kain merupakan salah satu alternative untuk mengurangi risiko penyakit alat reproduksi wanita karena salah menggunakan pembalut saat haid.
Selain itu menggunakan pembalut kain berarti menyelamatkan lingkungan dari tumpukan sampah pembalut sekali pakai. ‘’Bayangkan dalam sehari saja berapa banyak produk sampah pembalut sekali pakai dihasilkan. Pembalut sekali pakai tidak cepat hancur sehingga merusak lingkungan,’’ jelas Westianti.
Javiera Rosa insiator pelatihan membuat pembalut kain mengatakan inisiatif ini muncul dari pengalaman pribadi yang mengalami ketidaknyamanan menggunakan pembalut sekali pakai saat haid. ‘’Sering mengalami iritasi, gatal-gatal bahkan membuat haid tidak lancar. Saya berpikir pasti ada juga perempuan lain yang mengalami hal yang sama, tidak nyaman saat menggunakan pembalut sekali pakai,” jelasnya.
Pengalaman itu sehingga Ocha sapaan akrab Rosa menggandeng Byung Indonesia dan needleanbitch membuka kelas belajar membuat pembalut kain.
Penggunaan pembalut kain kata Ocha bukan hal baru karena orang-orang tua dulu juga menggunakannya saat haid sebelum ditemukan pembalut sekali pakai. ‘’Jadi tidak ada salahnya kita melakukan kembali yang sudah dilakukan orang tua kita, hanya saja mungkin model pembalut jaman dulu dan sekarang yang berbeda, pembalut sekarang lebih variative dan banyak motif,’’ jelasnya.
Di beberapa kota di Indonesia, kata Ocha menggunakan pembalut kain sudah merupakan gaya hidup, dan berharap gaya hidup itu bisa tertular ke Papua sehingga makin banyak perempuan menggunakan pembalut kain.
Peserta yang hadir di kelas perdana workshop membuat pembalut kain sebanyak 25 orang dengan latar belakang berbeda, ada ibu rumah tangga, aktivis, jurnalis, mahasiswa, wanita pekerja dan lainnya.
Motivasi mereka hampir sama, ingin belajar membuat pembalut kain untuk digunakan sendiri dan mengajarkan kepada perempuan lainnya, karena mereka yakin bahwa pembalut kain lebih sehat daripada pembalut sekali pakai.
Banyak peserta yang mengalami pengalaman buruk saat menggunakan pembalut sekali pakai, sehingga tertarik untuk membuat pembalut sendiri yang higienis sehingga saat mengalami menstruasi mereka menjadi lebih nyaman.
Byung Indonesia kata Ani, memiliki target semua perempuan di Indonesia menggunakan pembalut kain dan pemerintah dapat menyiapkan pembalut kain secara gratis di semua Puskesmas sama seperti menyiapkan obat gratis maupun mendapatkan air bersih gratis. **