Image  

Pangdam Melayat Jenazah Tokoh Perempuan Papua Pejuang NKRI

Pangdam XVII/Cenderawasih Mayjen TNI Herman Asaribab bersama Kadsam Brigjen TNI Irham Waroihan melayat jenazah Heemskercke Bonay , tokoh perempuan Papua, putri almathum Gubernur Papua I. (foto: Pendam XVII/Cenderawasih)
banner 468x60

Oleh: Faisal Narwawan|

Papuainside.com, Jayapura – Pangdam XVII/Cenderawasih Mayjen TNI Herman Asaribab dan Kasdam XVII/Cenderawasih Brigjen TNI Irham Waroihan berserta rombongan berkunjung ke rumah duka Almarhumah Heemskercke Bonay SE, di Jalan Angkasa Pasir 2 komplek SMA Negeri 5 Angkasa Distrik Jayapura Utara,  Senin (21/10).

banner 336x280

Ia merupakan Ketua Bidang Pemberdayaan Perempuan Barisan Merah Putih Papua RI.

Almarhum Mama Heemskercke Bonay merupakan putri pertama Gubernur Papua Almarhum E Bonay (1963-1965) dan tokoh perempuan Papua pejuang NKRI yang meninggal dunia Sabtu (19/10) dikarenakan sakit.

Selain itu selama masa hidupnya  almarhum, juga menjadi salah satu tokoh keluarga pejuang yang dengan keras menolak hasil Kongres Rakyat Papua (KRP) III yang mendeklarasikan negara Federasi Papua Barat di Abepura, Papua tahun 2011 silam.

Saat itu ia juga menyampaikan bahwa pendirian negara Papua Barat dalam hasil kongres tersebut adalah khayalan dari sekelompok orang di Dewan Adat Papua.

“Kami tidak setuju. Sebab, Papua yang aman, adil, damai, dan sejahtera adalah harapan kita semua. Karena itu, sejak awal kami sebagai pejuang pembela kemerdekaan Indonesia dan generasi muda Papua menolak dengan tegas berbagai gerakan yang bertentangan dengan Pancasila, UUD 1945, dan prinsip-prinsip NKRI,” ujar Heemskercke saat itu sebagaimana rilis Pendam Cenderawasih yang diterima wartawan, Senin (21/10).

Ia memandang keputusan KRP III tersebut hanya sebagai permainan sekelompok elite di Dewan Adat Papua yang tidak disetujui oleh mayoritas masyarakat adat Papua dan Papua Barat. Ia menilai, pendirian suatu negara dengan presiden, perdana menteri, dan struktur kabinetnya adalah jelas-jelas tindakan makar yang berlawanan dengan aturan hukum NKRI.

“Dan menyelesaikan persoalan Papua haruslah dengan cara dan pola komunikasi yang sesuai dengan aturan hukum yang ada,” tuturnya.

Selain itu masih banyak lagi aksi perjuangan yang dilakukan oleh Alm Mama Heemskercke Bonay  untuk meyakinkan masyarakat agar sama-sama menjaga persatuan dan Kesatuan NKRI di Papua.

Sementara saat di rumah duka Alm Heemskercke Bonay SE, Pangdam XVII/Cenderawasih bersama rombongan menyampaikan turut berbela sungkawa sedalam-dalamnya karena semua pihak telah kehilangan sosok wanita tangguh, seorang anak pejuang yang sampai akhir hayatnya membela NKRI dari sosok-sosok yang akan memecah kedaulatan NKRI di Tanah Papua ini.

“Kita disini untuk terakhir melihat Alm Mama Heemskercke Bonay, semoga nanti akan muncul sosok-sosok seperti Mama Heemskercke Bonay  di Tahah Papua,” pungkas Pangdam. **

banner 336x280