Makna Pakaian Tradisionil di Hari Bakti PU di Jayapura

Kepala BBPJN XVIII Jayapura Oesman Harianto Marbun mengenakan ulos atau pakaian tradisionil Batak, ketika upacara bendera peringatan Hari Bakti PU ke-74 tahun 2019 di Lapangan Lantamal X Jayapura, Hamadi, Selasa (3/12). (foto: istimewa)
banner 468x60

Oleh:  Ignas Doy |

PAPUAinside.com, JAYAPURA—Peringatan Hari Bakti PU (Pekerjaan Umum) ke-74 tahun 2019 di Jayapura, Provinsi Papua, berbeda jika dibandingkan dengan peringatan yang sama pada tahun-tahun sebelumnya.

banner 336x280

Hari Bakti PU kali ini diperingati mengenakan pakaian tradisionil mewakili suku-suku dari seluruh  Indonesia. Nuansa Bhinneka Tunggal Ika sungguh nampak, dimana semua yang  hadir kompak menggunakan pakaian tradisionil daerahnya masing-masing.

Wamen (Wakil Menteri PUPR (Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat) John Wempi Wetipo dan Kepala Dinas PUPR (Pekerjaan Umum dan Penataan Ruangan) Provinsi Papua Girius One Yoman   mengenakan topi khas Papua.

Peserta upacara peringatan HUT-PUPR di Jayapura Papua yang mengenakan pakaian tradisional dari seluruh Indonesia. (foto: istimewa)

Sedangkan Kepala Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) XVIII Jayapura Oesman Harianto Marbun mengenakan ulos atau pakaian tradisionil  Batak.

John Wempi Wetipo mengatakan, makna dari pengenaan pakaian tradisionil ini memberi makna bahwa pembangunan infrastuktur dilakukan secara  merata di seluruh  Indonesia tanpa membedakan suku, agama dan ras.

Mantan Bupati Jayawijaya dua periode ini menjelaskan, peringatan Hari Bakti PU ke-74 ini memang harus beda. Pasalnya, setelah kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi)  lima tahun pertama patut untuk diperingati dengan keberhasilan infrastrukur yang sudah dibangun luar biasa dibawah visi misi Presiden Jokowi.

Kemudian diwujudkan oleh Menteri PUPR DR. Ir. Mochamad Basuki Hadimuljono, M.Sc, dengan seluruh pasukan, yang  sudah bekerja.  “Saya pikir sudah luar biasa dan kita ingin tampilkan apa  yang sudah dikerjakan dibawah kepemimpinan Presiden Jokwi lima tahun yang sudah  lewat  yakni 2014-2019,” ujarnya.

Menurut Wamen PUPR, berikutnya masuk di babak yang baru dalam kepemimpinan Presiden Jokowi yang kedua, dimana pembangunan spektakulur pasti akan terjadi lima tahun mendatang, termasuk pemindahan ibukota negara ke Kalimantan Timur. **

banner 336x280