Oleh: Vina Rumbewas |
Papuainside.com, Wamena— Untuk menyelesaikan masalah yang terjadi di Wamena Jayawijaya sejak kerusuhan 23 September lalu 2019, Lembaga Masyarakat Adat (LMA) memfasilitasi pertemuan para kepala suku di Lembah Baliem dengan para ketua paguyuban yang ada di Jayawijaya.
Pertemuan berlangsung di halaman Kantor LMA, Jumat (18/10) dihadiri Kapolda Papua Irjen Pol. Paulus Waterpauw dan Pangdam XVII Cenderawasih Mayjen TNI Herman Asariba.
Usai pertemuan, Kapolda Papua Irjen Pol. Paulus Waterpauw mengatakan pertemuan yang difasilitasi LMA ini telah berkoordinasi aparat keamanan dan pemda Jayawijaya.
Sehingga dalam pertemuan ini kedua pihak telah menyampaikan keinginan masing-masing secara adat.
“Dalam pertemuan ini ada perwakilan masyarakat adat dari 40 distrik di Jayawijaya, ini sebuah inisiatif yang baik karena kepala suku besar Mukoko sudah menyampaikan permohonan maaf sebesar-besarnya pada saudara-saudara dari paguyuban yang menjadi korban baik jiwa maupun harta benda,” jelasnya.
Bersamaan dengan itu, Kapolda menyampaikan pihak paguyuban nusantara juga telah menyampaikan secara tulus untuk menerima permohonan maaf.
“Itu artinya saat ini sudah ada pertemuan antara adat dengan paguyuban nusantara, ini juga menjadi modalitas awal untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi di Wamena,” ungkapnya.
Lanjutnya, pihak keamanan juga akan membantu dengan berbagai upaya untuk menguraikan masalah-masalah yang ada di masing-masing pihak.
“Kalau keamanan saya dan Pangdam siap untuk melihat pikiran-pikiran dari masyarakat,” katanya.
Bupati Jayawijaya Jhon Richard Banua menyatakan selalu kepala daerah dirinya memberi apresiasi kepada LMA Jayawijaya yang bisa mengumpulkan semua masyarakat baik dari adat maupun warga paguyuban.
“Setelah saling memaafkan mari kita bersama kembali menjalankan roda perekonomian dan pemerintahan, dengan dukungan tokoh gereja, kepala suku dan seluruh masyarakat yang ada di Jayawijaya,” tuturnya.
Dirinya berharap, ke depan hal-hal seperti ini tidak lagi terjadi karena Pemda Jayawijaya sangat berharap agar masyarakat kembali bersatu.
“Tidak ada perbedaan antara suku yang satu dengan suku yang lain, kita hidup di sini untuk membangun Jayawijaya dan menjaga hubungan kekeluargaan, suku dan agama,” pungkasnya. **