Oleh: Nethy DS |
PAPUAinside.com, JAYAPURA— Polsek Abepura saat ini sedang meminta keterangan empat orang mahasiswa yang menggunakan busana adat dan menghiasi wajahnya dengan motif bendera bintang kejora saat mengikuti misa di Gereja Katolik Gembala Baik, Abepura, Minggu (1/12).
‘’Empat mahasiswa ini masih menjalani pemeriksaan jadi kita belum tahu apa statusnya saat ini,’’ ujar Edo Gobay dari Koalisi Hukum dan HAM Papua saat ditemui PAPUAinside.com di Mapolsek Abepura.
Keempat mahasiswa tersebut kata Edo dijemput setelah usai misa di Gereja Gembala Baik Abepura, sekitar pukul 10.30 WIT.
Kapolres Jayapura Kota AKBP Gustav R Urbinas mengatakan, saat ini keempat mahasiswa masih menjalani pemeriksaan. ‘’Masih diperiksa,’’ ujarnya singkat.
Informasi yang diterima PAPUAinside.com keempat mahasiswa tersebut, MY, DT, PZH dan ED awalnya datang beribadah menggunakan busana adat dan menghiasi wajahnya dengan hiasan bermotif bendera bintang kejora.
Sampai saat ini belum diketahui alasan diamankannya keempat mahasiswa dari Gereja Khatolik ke Mapolsek Abepura.
‘’Statusnya belum kita tahu, karena masih dalam pemeriksaan,’’ ujar Edo singkat.
Empat mahasiswa yang menggunakan busana adat dan menghiasi wajah dengan motif bendera bintang kejora dan beribadah dibenarkan Pastor Santon Tekege yang juga activist human right.
Pastor Santon mengatakan empat mahasiswa tersebut mengartikan bahwa orang Papua mengenang memori masa lalu.
‘’Saya sebagai Pastor Human Right menyerukan supaya orang asli Papua memiliki kerinduan dan harapan untuk berdiri sendiri sebagai sebuah bangsa sendiri,’’ jelasnya.
Sementara pihak Indonesia, kata Pastor Santon, katakan NKRI harga mati. Maka Papua bagian yang tak terpisahkan dari Indonesia.
‘’Daripada pertahankan pendapat masing-masing dan dapat saling mengorbankan satu sama lain, maka saya mengusulkan mestinya diadakan dialog Internasional antara Indonesia dan ULMWP yang dimediasi oleh PBB atau negara independen atau lembaga internasional,’’ ujar Pastor Santon. **