Oleh: Vina Rumbewas |
PAPUAInside.com, WAMENA – Panitia pelaksana Festival Film Papua (FFP) 2020 terus memantapkan persiapan pagelaran ajang tahunan yang akan dilangsungkan Agustus itu.
Rizal Lani Ketua Panitia memaparkan dalam ajang FFP yang dicetus oleh Papuan Voice ditahun ke empatnya ini akan melombakan film-film dokumenter tentang Kebudayaan dan Perdamaian di Papua.
Untuk memantapkan persiapan, panitia terus membangun kerja sama dengan mitra-mitra yang tentu diharapkan ikut mensponsori dan menyukseskan ajang FFP ini.
“Rangkaian kegiatannya sendiri nanti akan dilakukan workshop film dan pendampingan produksi film disetiap wilayah Papuan Voice di Tanah Papua,” ungkapnya, Kamis (05/03/2020).
Kompetisi ini sendiri untuk mendorong film maker di Papua untuk melakukan produksi film yang berkualitas.
Total hadiah yang diperebutkan peserta kurang lebih senilai Rp 26 juta ditambah plakat dan sertifikat.
Ajang FFP ini juga dibuka bagi siapa saja dengan batas usia minimal 17 tahun, jika ada peserta dibawah umur wajib didampingi oleh pendamping.
“Kompetisi film dokumenter ini menjadi salah satu bagian yang penting dalam FFP setiap tahunnya, selain berbagai workshop film dokumenter yang dilakukan diberbagai wilayah Papuan Voice,” terangnya.
Tahun ini tema FFP yang sekaligus menjadi teman kompetisi film documenter yakni “Merajut Kembali Budaya Papua untuk Keadilan dan Perdamaian,”.
“Motivasi dari film dokumenter diajang FFP ini yakni kami ingin mengangkat cerita-cerita budaya dan perdamaian dari daerah masing-masing karena perkembangan luar mulai mengikis budaya setempat,” jelasnya.
Tambahnya, sebagai film maker harus mampu membuat sesuatu yang berguna bagi banyak orang salah satunya film dokumenter ini.
Bagi para film maker yang berminat dapat langsung mendaftar melalui website Papuan Voice dan mengirimkan hasil karyanya ke panitia, paling lambat minggu terakhir bulan Juni.
“Jadi jenis film dokumenter dengan durasi 30 menit itu sudah termasuk opening dan credit title, dan film harus sesuai tema. Film yang dikirim tidak melanggar HAKI, jika gunakan meteri orang lain wajib cantumkan sumber, film juga bisa menggunakan bahasa daerah tapi harus ada terjemahan,” paparnya.
Kompetisi film ini terbuka untuk umum dan tidak dipungut biaya. **