Festival Ulat Sagu di Kampung Yoboi, Meningkatkan Ekonomi Masyarakat

Menikmati kuliner es krim yang terbuat dari tepung sagu. (foto: nethy ds)

PAPUAInside.com, JAYAPURA— Masyarakat Kamoung Yoboi, Distrik Sentani Kota Kabupaten Jayapura berinsitaif menggelatr festival ulat sagu untuk meningkatkan ekonomi keluarga, karena melalui festival ditampilkan berbagai kuliner khas, souvenir dan tanaman organic yang bisa dibeli pengunjung.

Festival ulat sagu pertama di Kampung Yoboi ini berlangsung 26-28 November 2020 melibatkan seluruh warga kampung dengan memamerkan hasil kerajinan tangan serta makanan khas yang diolah dari bahan sagu, ulat sagu serta dari lingkungan sekitar seperti ikan dan sayur-sayuran.

Ada sagu bakar, papeda bungkus, sate ulat sagu, ulat sagu yang masih hidup, mujair woku dan berbagai jenis kuliner lainnya yang semu bahannya dari lingkungan sekitar.

Hari pertama Jumat (26/11/2020) festival pengunjung lebih dari 1000 orang yang terlihat dari karcis yang disediakan sebanyak 800 dan habis. ‘’Jumlah pengunjung tidak bisa dipastikan jumlahnya tetapi melihat karcis yang disediakan sekitar 800 lembar dan semuanya habis, sedangkan pengunjung datangnya bergantian,’’ terang Billy Tokoro Ketua Panitia Festival Ulat Sagu I Kampung Yoboi.

Pengunjung festival ulat sagu di Kampung Yoboi. (foto: nethy ds)

Pengunjung naik speedboat dari Dermaga Yahim kemudian menyeberang sekitar 7-10 menit tiba di Kampung Yoboi, cukup membayar Rp 10.000 untuk satu orang penumpang.

Kampung yang dibangun di atas permukaan danau ini, ditata semenarik mungkin dengan mengecat jembatan penghubung dalam kampung dengan cat warna warni.

Setiap rumah menyiapkan kuliner, kerajinan tangan, tanaman organic yang ditanam di taman gizi terapung maupun tanaman bunga.

Media untuk tanaman sayur-sayuran juga dari bahan local, yakni ampas sagu dicampur dengan rumput laut yang sudah kering dihancurkan menjadi pupuk. Tempat menanam dibuatkan seperti kotak-kotak persegi yang diletakkan di samping-samping rumah kemudian ditanaman berbagai jenis sayuran.

”Sebenarnya festival ini direncanakan berlangsung Oktober 2020 lalu, namun ditunda sampai akhir November dengan tujuan warga kampung bisa mendapatkan dana yang digunakan menyambut natal,’’ terang Ketua Panitai Festival Sagu Kampung Yoboi, Billy Tokoro.

Terselenggaranya festival ini menurut Billy karena didukung Pemerintah Provinsi Papua melalui Dinas Kehutanan dan Lingkungan Hidup.

Billy dan rekan-rekannya memilih ulat sagu sebagai icon festival karena di Kampung Yoboi mudah ditemukan karena memiliki hutan sagu seluas 17.000 hektar lebih dan merupakan sumber pangan lokal.

Sementara itu  Kepala Dinas Kehutanan dan Lingkungan Hidup Provinsi Papua Jan Jap L Ormuseray, SH, MSi mengatakan Gubernur Papua melalui Dinas Kehutanan dan LH memberikan dukungan pada pelaksanaan festival ulat sagu untuk mengembangkan ekonomi masyarakat adat melalui pengembangan wisata.

’’Masyarakat sendiri melihat potensi dalam kampung untuk pengembangan sektor ekonomi berbasis lokal. Inilah yang dilihat Pemerintah Provinsi Papua melalui Dinas Kehutanan dan Lingkungan Hidup lalu memberikan dukungan sehingga nantinya roda perekonomian di kampung berkelanjutan yang tujuannya meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat adat,’’ jelasnya. **