Dian Kandipi Perempuan Papua Kepala Biro Termuda di LKBN ANTARA

banner 468x60

Oleh: Makawaru da Cunha

PAPUAinside.com, JAYAPURA—Lembaga Kantor Berita Nasional ANTARA (LKBN) ANTARA memberikan tanggungjawab dan kepercayaan kepada Hendrina Dian Kandipi (35), menjabat Kepala Biro Papua yang ke-9, menggantikan pejabat sebelumnya Muhsidin.

banner 336x280

LKBN ANTARA menggelar acara Serah Terima Jabatan (Sertijab) Kepala Biro Papua pada Kamis (27/1/2022) secara virtual dipimpin Direktur Pemberitaan Akhmad Munir.

Sertijab dari Muhsidin kepada Hendrina Dian Kandipi ini sesuai dengan instruksi Direktur Utama LKBN ANTARA yang berlaku sejak 1 Februari 2021.

Dengan demikian, Hendrina Dian Kandipi adalah perempuan pertama Papua, bahkan termuda dari seluruh Kepala Biro LKBN ANTARA di Indonesia dan luar negeri sejak kantor berita nasional ini didirikan pada 13 Desember 1937.

Kuliah Sambil Kerja

Jurnalis LKBN ANTARA Hendrina Dian Kandipi, berpose bersama seorang warga Suku Samoa di Pasific Exposition di Auckland, Selandia Baru tahun 2019 lalu. (Foto: Dok Pribadi).

Hendrina Dian Kandipi yang akrab disapa Dian  mengawali karier jurnalistiknya di LKBN ANTARA Papua tahun 2013 sebagai kontributor.

Kemudian 2014 akhir ia mengikuti Kursus Dasar Pewarta (Susdape) selama kurang lebih 8 bulan.

Tahun 2015 ia dinyatakan lulus dan resmi diangkat menjadi pegawai organik LKBN ANTARA hingga kini.

Sebelum berkarier di LKBN ANTARA, Dian sempat bekerja di media lokal di Jayapura.

“Saya berpikir kalau masuk di LKBN ANTARA media nasional punya jenjang karier yang lebih baik, pengalaman lebih luas dan bisa ikut segala sesuatu juga lebih mudah,” tutur Dian.

Dian adalah sulung dari 4 bersaudara pasangan Semuel Kandipi dan Titik Djatminingsih. Ayahnya asal Serui, Kabupaten Kepulauan Yapen, dan ibunya asal Jawa Tengah.

Ayahnya seorang Purnawirawan TNI AD, sedangkan ibu seorang ibu rumah tangga.

Masa kecil Dian dilalui berpindah-pindah mengikuti tugas ayahnya di sejumlah daerah di Pulau Jawa.

Ibu dua anak ini mengaku memilih profesi jurnalis, lantaran senang menulis, membaca dan berbicara.

“Nah  di dunia jurnalistik ketiga hal itu ditampung dengan baik. Saya bisa mengembangkan bagaimana cara berbahasa yang baik. Lalu saya juga bisa mengembangkan kemampuan menulis. Saya  juga diberi ruang untuk bisa  memberanikan berbicara kepada orang. Nah  disitulah  saya anggap jurnalistik lebih tepat,” katanya.

Dian menempuh pendidikan formal di Jurusan Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi Universitas Cenderawasih (Uncen) Jayapura, sejak tahun 2006 dan wisuda tahun 2010.

“Saya kuliah sambil magang di sejumlah media lokal di Jayapura. Keduanya saya lakukan dengan senang hati,” tuturnya.

Pengalaman Berkesan

Jurnalis LKBN ANTARA Hendrina Dian Kandipi, berpose bersama orang tua angkat, saat mengikuti pelatihan jurnalistik di Perfecture Akita, Jepang tahun 2014 silam. (Foto: Dok Pribadi)

Dian mengkisahkan pengalaman yang paling berkesan selama 15 tahun mengarungi dunia jurnalistik. Pengalaman-pengalaman yang belum tentu bisa saya dapat jika bekerja di bidang lain.

“Contohnya kalau bukan jurnalis mungkin saya nggak bisa pergi ke daerah, seperti Tingginambut, Kabupaten Puncak Jaya mengalami sensasi bagaimana ketemu dengan gerombolan Organisasi Papua Merdeka (OPM),” terangnya.

“Lalu yang kedua di profesi lain belum tentu bisa memfasilitasi kita untuk bepergian ke luar negeri dengan gratis, walaupun kita dituntut setelah pulang harus membuat tulisan dan karya jurnalistik. Tapi pengalaman paling berkesan selama 15 tahun itu adalah itu mencoba hal-hal baru yang didalam profesi atau pekerjaan lain belum tentu bisa kita rasakan,” ucapnya.

Dian pernah mengikuti pelatihan jurnalistik di Perfecture Akita, Jepang dari Japan International Cooperation Center (JICE) bekerjasama dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika  RI melalui program Jenesys 2.0 tahun 2014.

Kemudian bertugas meliput kegiatan Pasific Exposition di Auckland, Selandia Baru atas undangan Duta Besar Indonesia untuk Selandia Baru Tantowi Yahya, Kementerian Luar Negeri  dan Kementerian Komunikasi dan Informatika tahun 2019.

Dian menuturkan, kalau di Jepang itu sebenarnya lebih ke undangan pelatihan jurnalistik bagi mahasiswa.

Dia waktu itu sedang sekolah di Lembaga Pendidikan Jurnalistik ANTARA (LPJA).  ANTARA diberi kesempatan untuk mengirim 5 orang mahasiswa.

“Dari 5 orang mahasiswa itu saya ditawari salah satunya dan diminta ikut tes kalau lulus, maka  kantor ijinkan untuk pergi ke Jepang,” ungkapnya.

Dian mengatakan, di Jepang ia belajar jurnalistik, tapi juga bagaimana orang Jepang menjadi jurnalis itu seperti apa.

“Kan beda dengan kita yang anak-anak muda 17-18 tahun, bahkan 20 tahun sudah bisa jadi jurnalis. Jadi wartawan kalau di Jepang kan 35- 40 tahun keatas baru bisa jadi jurnalis, karena di Jepang jurnalis itu dianggap profesi yang  beresiko.  Hal-hal seperti itu kan bisa kita share lagi ke dunia jurnalistik di Indonesia, khususnya di Papua itu yang saya bawa pulang,” tukasnya.

Bapak Angkat

Selama dua minggu Dian tinggal di Semboku City bersama orang tua angkat yang ia panggil Ojisan atau Kakek.

“Kami dibagi menjadi beberapa kelompok, yang benar-benar kita nggak tahu satu sama lain. Kami tinggal di beberapa tempat masyarakat, yang

sudah dikasih tahu bahwa kami titip anak-anak Indonesia, untuk tinggal bersama,” katanya.

“Kami tinggal bersama mereka, mengetahui kebiasaan-kebiasaan orang Jepang itu seperti apa. Memang tak secara rinci, tapi didalamnya masih ada hal-hal yang umum tentang Jepang. Jadi kami bisa menambah informasi juga,” tuturnya.

Dian menjelaskan, belajar jurnalistik di Indonesia dan di Jepang, tuturnya, sebenarnya saling melengkapi.

“Jadi kita  juga bisa membandingkan. Bukan membandingkan yang baik dan yang  jelek, tapi membandingkan hal-hal apa saja yang bisa kita bawa ke Indonesia terus kita lengkapi,” katanya.

“Di luar negeri sana orang jadi jurnalis  itu nggak sembarangan,  nggak asal-asalan, tapi butuh pendidikan dan pelatihan yang khusus,” ujarnya.

“Nah kenapa nggak kita bisa menanamkan hal-hal itu kepada anak muda kita,  yang mau jadi jurnalis bahwa menjadi jurnalis itu bukan cuma batu loncatan gitu, tapi  butuh persiapan, peningkatan kapasitas dan pembelajaran tersendiri. Jadi jurnalis, produknya dan juga orangnya nggak dipandang sebelah mata sama masyarakat, karena kita mumpuni lo,” tukasnya.

Dian pun menyampaikan selama belajar jurnalistik di Jepang, mereka diberikan sebuah media kemudian diminta melihat lalu menceritakan dalam bentuk tulisan.

“Memang tak segampang seperti kita ikut pendidikan, karena disana lebih banyak kita diajak jalan terus ditunjukan sejarahnya,” ujarnya.

Dikatakannya LKBN ANTARA minta, untuk menulis artikel panjang tentang perjalanannya selama di Jepang.

Artikel itu antara lain, orang di Jepang mau jadi jurnalis harus seperti apa dan tak sembarangan. Lalu beberapa tempat wisata, yang nggak jauh beda dengan tempat wisata di Indonesia pada umumnya, seperti tempat-tempat wisata di Danau Toba dan Danau Sentani. Di Jepang ada Danau Takizawa.

Hal-hal seperti itu yang dikulik sebagaimana permintaan LKBN ANTARA, seperti keunikannnya dibuat dalam bentuk artikel, agar masyarakat bisa membaca.

“Jadi kita juga kesana benar-benar menjadi corong informasi atau sebagai pintu dan jendela untuk mengetahui informasi lebih dalam lagi.

Pengalaman bertugas ke luar negeri dan didalam negeri, menurut Dian, sebenarnya sama hanya banyak hal-hal yang lebih sensitif.

Kenapa karena pertama faktor bahasa minimal harus menguasasi satu bahasa yang mereka juga tahu, supaya dalam proses peliputan dan mengumpulkan informasi dan data-data yang dibutuhkan.

“Lalu yang kedua hal-hal yang disebut kebiasaan di kita sini kita mau mengambil foto orang kan sembarangan. Kalau di luar negeri kita perlu ijin gitu permisi pak ibu saya mau ngambil fotonya. Nah hal- hal seperti ini terkadang sepele buat kita,” bebernya.

“Misalnya kita mau mewawancarai orang tiba-tiba dengan serta-merta menyodorkan alat rekaman. Kita harus ijin dulu. Jadi disana itu lebih ke sopan santunnya lebih dikedepankan,” ujarnya. **

Riwayat Hidup

Data Pribadi:

Nama                                  : Hendrina Dian Kandipi

Tempat/ Tanggal Lahir   : Salatiga, 6 Maret 1987

Jenis Kelamin                     : Perempua

Status                                  : Menikah

Agama                                : Kristen Protestan

Alamat                                : Jalan Sei Musi No.1 Dok VIII Bawah, Kelurahan Imbi, Distrik Jayapura Utara,  Kota Jayapura, Provinsi Papua 99111

Email                                   : dian_kandipi@yahoo.com

hendrina.dian.kandipi@gmail.com

Latarbelakang Pendidikan:

1993 – 1999                       : SD Negeri Tegallega I Cipanas, Jawa Barat

1999 – 2002                       : SMP Mardi Yuana Sindanglaya, Jawa Barat

2002 – 2005                       : SMA Negeri I Cianjur, Jawa Barat

2006 – 2010                       : Universitas Cenderawasih, Jayapura – Papua

Pengalaman Kerja:

2007 – 2008                      : Wartawan Mingguan Suara Papua Jayapura

2008                                  : Wartawan Harian Papua Times Jayapura

2008 – 2013                      : Wartawan Harian Umum Bintang Papua Jayapura

2011                                  : Asisten Redaktur Harian Umum Bintang Papua Jayapura

2013 – 2014                      : Kontributor ANTARA Biro Papua Jayapura

2014 – sekarang               : Pewarta (Pegawai Tetap) Kantor Berita ANTARA untuk Biro Papua

2022                                  : Pelaksana Tugas Kepala Biro ANTARA Papua

Pengalaman Berorganisasi

2012-2015                          : Sekretaris Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Jayapura

2014                                    : Mengikuti pelatihan jurnalistik di Perfecture Akita, Jepang dari Japan International Cooperation Center (JICE) bekerjasama dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika RI melalui program Jenesys 2.0

2019                                    : Meliput kegiatan Pasific Exposition di Auckland, Selandia Baru atas undangan Dubes Tantowi Yahya, Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Komunikasi dan Informatika

2021-sekarang                  : Sekretaris Forum Jurnalis Perempuan Indonesia (FJPI) Provinsi Papua

2021-sekarang                  : Ketua Forum Jurnalis OJK Provinsi Papua dan Papua Barat

2022-sekarang                  : Kepala Biro ANTARA Papua. **

banner 336x280