Dialog Pemerintah dan TPN/OPM, Solusi Selesaikan Konflik Nduga

Focus Group Discussion (FGD) Mencari Solusi Penyelesaian Konflik Papua Secara Menyeluruh dan Bermartabat di Swiss—belthotel Papua, Jayapura, Sabtu (25/1/2020). (foto: Ignas Doy)
banner 468x60

Oleh:  Ignas Doy |

PAPUAinside.com, JAYAPURA—Konflik  yang terjadi sejak tanggal 2 Desember 2018 lalu  di Kabupaten Nduga, Provinsi Papua, hingga kini masih belum jelas kapan akan berakhir.

banner 336x280

Karena itu, pemerintah daerah, semua elemen masyarakat di Provinsi Papua dan Kabupaten di Provinsi Papua dan Tentara Pembebasan Nasional/Organisasi Papua Merdeka (TPN/OPM), diminta menggelar dialog, untuk suatu solusi  penyelesaian konflik di Kabupaten Nduga.

Demikian salah-satu usulan  yang diungkapkan Tokoh Masyarakat Papua Paskalis Kossay, SPd, MM, saat  Focus Group Discussion (FGD) mengusung tema Mencari Solusi Penyelesaian Konflik Papua Secara Menyeluruh dan Bermartabat di Swiss—belthotel Papua, Jayapura, Sabtu (25/1/2020).

Turut hadir, antara lain, Forkopimda Provinsi Papua,  tokoh agama, tokoh pemuda, tokoh perempuan, akademisi, peneliti, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan masyarakat.

Solusi lainnya, menurut mantan Wakil Ketua DPR Papua ini juga antara lain,   pemerintah Indonesia dituntut segera mencari langkah atau solusi,  untuk  menyelamatkan masyarakat sipil dari  dampak  konflik berkepanjangan    di Kabupaten Nduga, Provinsi Papua.

Kossay minta agar Presiden  RI Joko Widodo (Jokowi)   segera menghentikan operasi militer,  dengan cara  menarik seluruh pasukan  yang selama ini terkonsentrasi di Nduga.

Pasalnya, operasi militer   telah mengusik keamanan dan kedamaian masyarakat setempat.

“Dampak dari operasi militer itu sudah jelas kehidupan masyarakat   Nduga tak memiliki masa depan lagi, bahkan generasinya perlahan hilang,” kata Kossay.

Setidaknya 32 Distrik  yang ada di Kabupaten Nduga, diantaranya 12 Distrik  tak berpenghuni, karena  masyarakat sipil  terpaksa mengungsi ke wilayah sekitarnya, bahkan tak sedikit  yang menyelamatkan diri ke hutan.

Kini,  konflik  itu telah merambah ke wilayah tetangga yakni Intan Jaya. Kondisinya praktis sama dengan yang terjadi di Nduga.

Jaminan Keamanan

Mantan Wakil Ketua DPR Papua ini menjelaskan, pihaknya memahami pemerintah agak keberatan  menghentikan operasi milier di Nduga, karena alasan keamanan.

Pemerintah tak perlu ragukan keamanan masyarakat  setempat, terangnya,  karena konflik  yang terjadi di Nduga bukan antara masyarakat dengan TNI/Polri atau TPN/OPM.  Tapi konflik  yang terjadi ini antara TPN/OPM dengan TNI/Polri.   Kemudian berdampak luas kepada masyarakat.

Oleh karena itu, jelasnya,  pemerintah, semua elemen masyarakat di Provinsi Papua dan Kabupaten Nduga,  mesti membuat suatu kesepakatan, untuk menjamin  atas keraguan pemerintah, pasca penarikan pasukan.

Yakni negosiasi dengan TPN/OPM, untuk mendapat kepastian  TPN/OPM  tak akan menyerang,  kalau terjadi penarikan pasukan.

“Kalau tak sampai ada kesepakatan dengan pihak TPN/OPM, maka kemungkinan kita minta mediasi pihak ketiga,” katanya, namun tak disebutkan siapa pihak ketiga itu

Jika TPN/OPM bersih keras menolak negosiasi, maka  ditempuh mediasi. Mediasi bisa dilakukan pihak ketiga kemudian menuju dialog pemerintah dengan TPN/OPM.

Dikatakannya,  jika dialog tak terjadi dan pemerintah Indonesia tetap bersikukuh mengejar TPN/OPM hingga ditemukan pelakunya, maka  situasi di Nduga tetap berlangsung seperti saat sekarang ini.

Suaka Politik

Karena itu, terangnya, Pemerintah Daerah Nduga mesti mengambil  langkah  ekstrim, yakni minta suaka politik pindah  ke daerah lain atau ke negara lain.

“Ini langkah- langkah ini harus kita lakukan,  kalau tak menginginkan masyarakat Nduga tak punya masa depan lagi,” ujarnya.

Ia mengatakan, setelah itu dilakukan penanganan- penanganan pengungsi  dampak dari  konflik Nduga juga sangat berat sekali. Oleh karena itu, ia mengusulkan Pemerintah Daerah Provinsi Papua, Kabupaten Nduga, Kabupaten Intan Jaya, Asosiasi Bupati Pegunungan Tengah, Asosiasi  Bupati wilayah adat Me Pago  yang baru dibentuk, untuk membantu penanganan  pengungsi Nduga  yang kini ada dimana- mana.

Kemudian perlu juga penyelesaian kasus- kasus penembakan  yang terjadi di Nduga, akibat konflik Nduga, antara lain,  sekitar 15 warga sipil tewas tertembak.

“Itu juga tak bisa kita biarkan nyawa manusia warga sipil mesti diselidiki siapa pelakunya,” lanjutnya.

Menurutnya, pihaknya berharap para petinggi -petinggi  TNI/ Polri berkenan membuka ruang   bagi Tim Independen masuk ke Nduga,  supaya  pelaku kasus penembakan warga sipil diselidiki apakah TPN/OPM atau TNI/Polri. **

banner 336x280