Oleh: Ignas Doy |
PAPUAinside.com, JAYAPURA— Pemerintah Daerah (Pemda) Intan Jaya mengharapkan, agar keamanan di wilayah ini pulih kembali seperti semula, pasca kontak senjata antara TNI/Polri dan Tentara Pembebasan Nasional –Organisasi Papua Merdeka (TPN/OPM) pada 19 Desember 2019 lalu.
“Karena itu, perlu adanya upaya persuasif dari semua pihak, baik pemerintah daerah, TNI/Polri maupun elemen masyarakat, untuk menyikapi kehadiran Tentara Pembebasan Nasional –Organisasi Papua Merdeka (TPN/OPM) di wilayah Kabupaten Intan Jaya,” tegas Bupati Intan Jaya Natalis Tabuni, SSi, MSi, ketiga dikonfimasi wartawan di Jayapura, Senin (10/2/2020).
Natalis mengatakan, kehadiran TPN/OPM membuat suasana makin mencekam dan warga makin mengalami trauma. Pasalnya, sejumlah anggota TPN/OPM dipimpin Leka Telengen dan Militer Murib bergerak dari Ilaga di kabupaten Puncak Jaya menuju ke Tembagapura di Kabupaten Mimika.
Menurutnya, TPN/OPM numpang lewat di Intan Jaya. Lalu terjadi kontak senjata antara TNI/Polri dan TPN/OPM. Bahkan beberapa rentetan kontak senjata terjadi dan hingga kini mereka masih menguasai wilayah Intan Jaya, menyebabkan aktivitas terganggu, baik penyelenggaraan pemerintahan maupun dan pelayanan masyarakat.
Karena itu, erang Natalis, pihaknya telah mengambil langka-langka penyelesaian, agar keamanana di wilayah Intan Jaya menjadi pulih kembali. Yakni membentuk tim gabungan terdiri dari pemerintah daerah, DPRD, TNI/Polri, Gereja dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).
“Tim gabungan ini sudah bekerja memberikan bantuan dan juga pendataan masyarakat, yang eksodus ke wilayah terdekat di Timika dan Nabire,” katanya.
Menurut dia, walaupun di Sugapa, ibukota Intan Jaya aman dan kondusif. Tapi sebagian besar penduduk Intan Jaya sudah eksodus ke Nabire dan Timika. Bahkan warga memilih pindah sendiri, sehingga Tim Gabungan hanya mendata berapa keluarga yang eksodus.
Pemerintan daerah setempat pun telah membangun Posko dan mendropping bahan makanan (bama) dan lain-lain. Tapi warga masih trauma untuk tinggal di tenda-tenda, karena keamanan tak menentu. Namun di sejumlah kampung mereka dijaga Kepala Suku dan Pastor Paroki.
Dikatakannya, walaupun sebagain besar anak-anak enggan ke sekolah, karena takut dan trauma. Tapi guru -guru asli tetap mengajar. Sementara guru- guru pendatang eksodus ke Nabire dan Timika.
Karena itu, jelasnya, pihaknya beberapa kali menyampaikan himbauan, agar guru- guru segera kembali ke Intan Jaya, untuk melakukan tugas belajar mengajar seperti biasa. Namun belum ada yang naik.
Ia menuturkan, para guru minta jaminan keamanan. Tapi jaminan keamanan adalah kewenangan TNI/Polri. Sementara pemerintah daerah menjaga masyarakat yang kena dampak langsung, agar segera pulih kembali.
Dikatakannya, sejak pemekaran Kabupaten Intan Jaya dari Kabupaten Paniai pada tahun 2009 silam hingga tahun 2019, wilayah ini tak pernah terjadi konflik dan juga kontak senjata, karena memang TPN/OPM bersenjata tak ada di Intan Jaya.
Alhasil, TPN/OPM kini menguasai setidaknya 16 Kampung di sejumlah Distrik. Masing-masing Kampung Eknemba, Titigi dan Yoparu di Distrik Sugapa, Kampung Degesiga di Distrik Hometo, Kampung Ugimba di Distrik Ugimba, Kampung Sugulubagala di Distrik Tomosiga, Kampung Wabui, Soagama, Hitadipa dan Sanepa di Distrik Hitadipa.
Ia mengatakan, TPN/OPM di wilayah Intan Jaya memiliki kekuatan kurang lebih 100 personil, dilengkapi senjata api yang cukup banyak. Apalagi mereka hidup berbaur dengan penduduk lokal.
“Saya berharap agar TPN/OPM secepatnya keluar dari Intan Jaya, agar warga bisa kembali ke tempat asalnya, sehingga penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik segera berjalan kembali,” imbuhnya.
Bupati Natalis mengatakan, pihaknya juga telah menyerahkan bantuan untuk meringankan beban warga yang terkena dampak, yakni beras sebanyak 4 ton dan Sembako. Bantuan tersebut diserahkan secara simbolik kepada perwakilan warga oleh Bupati Intan Jaya di Sugapa pada 4-5 Pebruari 2020 lalu. **