Oleh: Faisal Narwawan |
Papuainside.com, Jayapura – Suasana haru menyelimuti ruang rapat terbuka senat wisuda ke XXII Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Port Numbay, di Aula RRI Jayapura, Selasa (15/10/2019) siang.
Sejumlah wisudawan/wisudawati tertunduk menahan air mata ketika ibunda Almarhum Rekzi Putra Parura naik ke panggung mewakili putranya yang telah meninggal dunia.
Rekzi Putra Parura merupakan mahasiswa STIE Port Numbay jurusan Manajemen Keuangan yang meninggal karena penyakit penyumbatan enzim pangkreas.
Ketua Program Studi Manajemen Stie Pornumbay Dani Melmambesi saat dikonfirmasi wartawan mengatakan, Rekzi telah memenuhi semua syarat akademik dari semester 1 sampai semester 8 sehingga bisa diwisuda.
“Dia (almarhum) telah menyesaikan skripsinya, pembimbingan hingga ujian. Setelah ujian skripsi selesai, Tuhan berkehendak ia meninggal,” ungkap Dani.
Dani juga menyatakan prosesi wisuda bagi Rekzi Putra yang diwakili ibundanya adalah bentuk penghargaan STIE Port Numbay.
Rekzi dikenal punya tekad baja sehingga dalam keadaan sakit tetap ingin menyelesaikan wisudanya.
Pihak kampus pun tak pernah memaksa agar Rekzi Putra bisa menyelesaikan tugas akhir tersebut.
“Dia tinggal satu pembimbingan dan saat itu ternyata dia kurang sehat, tetapi dia bertekad menyelesaikan itu, kami tak memaksa hanya saja dia ingin sekali selesai dan ujian juga diikutinya dengan baik hingga lulus,” tambahnya.
Ibunda Rekzi, Yulia Datu Piri saat ditemui wartawan tak mampu membendung kesedihannya memegang foto dan ijazah anak ke duanya tersebut.
Kepada wartawan, Yulia bercerita mengenai bagaimana perjuangan anaknya hingga selesai menyelesaikan skripsi walau diakhir perjuangan divonis dokter menderita penyakit serius.
Menurut Yulia, anak tercintanya menderita sakit dan sempat dua kali dirawat di dua rumah sakit berbeda.
“Awalnya ia sakit tiga hari di RS Angkatan Laut dan dihari ke tiga dipanggil kampus untuk ujian meja. Dalam kondisi sakit ia memaksakan diri keluar untuk mengikuti ujian dan yudisium, di hari itu juga anak saya kembali masuk ke RS Abepura untuk dirawat kembali,” ujar Yulia terbata-bata sambil menahan air mata.
Siapa sangka, hanya tiga hari di RSUD Abepura Rekzi Putra Parura akhirnya dipanggil yang kuasa tepat di tanggal 29 Agustus 2019.
“Jadi tiga hari di RS Angkatan Laut, hari ke empat ia maju sidang dan hari ke enam dari awal sakit ia dipanggil Tuhan, saya sebagai manusia hanya bisa pasrah,” ucapnya lemas.
Walau sedih, Yulia mengaku bangga dengan putra ke duanya tersebut yang mampu menyelesaikan kuliahnya tepat waktu. Ia lantas berpesan agar motivasi dan tekad Rekzi dapat tertular kepada seluruh wisudawan yang juga turut mendukung Rekzi selama di bangku kuliah. **